Denny JA Terbitkan Buku Puisi Esai ke-6 tentang Sisi Gelap Sejarah Kemerdekaan
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 24 Juni 2024 10:31 WIB
Banyak pula yang mati di kapal. Mayatnya pun dibuang ke laut.
Banyak pula yang bekerja di luar negeri ataupun bekerja di luar Jawa sana. Mereka mati karena kelaparan, atau penyakit yang tak diobati. Atau badan mereka kurus kering, tinggal tulang belulang saja diselimuti hanya oleh kulit.
Foto dari mereka yang bekerja di romusha ini pun masih bisa kita lihat di Google. Bung Karno mengakui betapa ia sangat sedih. Ia tidak menyangka dan menyesal dengan kondisi rakyat Indonesia yang sempat ia sendiri mobilisasi.
Tapi ini tidak hanya sekadar romusha, Denny JA juga menggali kisah-kisah gadis muda Indonesia. Mereka sebagian besar tertipu dijadikan gadis penghibur tentara Jepang.
Mulai dari kisah Mardiem misalnya, yang waktu itu berusia 13 tahun. Ia dibujuk untuk bekerja di Kalimantan menjadi penyanyi di sana. Itu idaman Mardiem sejak lama menjadi bintang panggung.
Namun Mardiyem kaget sekali ketika sampai di Kalimantan. Ia dimasukkan di kamar yang kecil. Ia dipaksa melayani tentara Jepang. Ia diperkosa katanya sehari kadang-kadang sampai 10 dan sampai 15 tentara Jepang.
Ia alami ini bertahun-tahun. Itu dialami juga tidak hanya oleh Mardiem tapi oleh ribuan gadis pribumi Indonesia lainnya.
Sebelum Jepang pun banyak gadis pribumi yang juga mengalami hal serupa. Tapi yang ini terjadi di rumah-rumah tuan Belanda.
Umumnya lelaki Belanda ketika datang ke Indonesia, menjajah Indonesia, mereka tidak membawa istri. Mereka menjadikan banyak gadis pribumi sebagai pembantunya.
Namun dalam perjalanan, pembantunya ini pun dijadikan sebagai gundiknya, sebagai sejenis istri tapi tidak dinikahi secara resmi. Mereka dijadikan nyai.