Diskusi Satupena, Nasir Tamara: Yang Terjadi di Gaza Bukan Perang, Tetapi Pembantaian Warga Palestina
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 07 Juni 2024 03:13 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Yang terjadi di Jalur Gaza saat ini bukan perang, tetapi pembantaian terhadap warga Palestina. Perang itu jika antara dua kekuatan militer. Sedangkan di Gaza, Palestina tak punya kekuatan militer lagi. Hal itu diungkapkan pengamat Timur Tengah, Nasir Tamara, Kamis malam, 6 Juni 2024.
Nasir Tamara bicara dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi daring itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.
Dalam diskusi itu, Nasir Tamara memaparkan sejarah lama konflik Timur Tengah, dan mengapa perang itu terus membara saat ini.
“Kata Israel, yang diserang itu adalah Hamas. Tetapi yang dihancurkan Israel itu adalah seluruh infrastruktur di Gaza, dan hampir 40 ribu orang warga sipil sudah meninggal sejak penyerangan Oktober lalu,” ujarnya.
“Apakah kita bisa mendamaikan konflik itu? Bisa, tetapi harus ada kemauan. Dalam kaitan ini saya memberi penghargaan yang sebesar-besarnya pada Pak Prabowo Subianto, presiden terpilih kita,” kata Nasir.
Nasir menyatakan, minggu lalu di acara Shangri-La Dialogue di Singapura, Prabowo mengatakan siap mengirim pasukan penjaga perdamaian Indonesia ke Gaza, untuk menjaga gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
“Dengan adanya pasukan penjaga perdamaian, pengungsi warga Palestina tidak akan lagi diserang oleh militer Israel,” ujar Nasir.
Ditambahkan Nasir, Indonesia juga mau menampung warga Palestina yang jadi korban-korban perang. Pada tahap awal, 1.000 orang dulu.
“Setahu saya, di antara negara-negara ASEAN dan negara di dunia, yng menyatakan pertama kali kesediaan itu adalah presiden terpilih kita (Prabowo), yang akan dilantik pada Oktober 2024 ini,” lanjutnya.
Nasir menguraikan, semakin lama semakin banyak negara di dunia yang mengakui negara Palestina dan mendukung solusi dua negara. Yang menolak solusi ini cuma pemerintahan ekstrem kanan di bawah PM Israel Benjamin Netanyahu.
“Sebagai bangsa, Israel itu terpecah. Dalam pemilihan umum, yang menang memang Netanyahu. Tetapi banyak sekali orang Israel yang tidak mau melakukan penyerangan yang begitu kejam di Gaza,” tutur Nasir.
Nasir juga menjelaskan, saat ini sedang diproses proposal gencatan senjata tiga tahap yang didukung Presidan AS Joe Biden.
Jika itu disetujui, akan ada rekonstruksi di Gaza, seperti dulu ada program Marshall Plan di Eropa pasca Perang Dunia II. “Ini suatu perkembangan yang menggembirakan,” ucap Nasir. ***