Partai Penguasa Afrika Selatan, ANC, untuk Pertama Kalinya Gagal Raih Suara Mayoritas dalam Pemilu
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 02 Juni 2024 16:14 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Partai penguasa Afrika Selatan, Kongres Nasional Afrika atau ANC, gagal meraih suara mayoritas untuk pertama kalinya dalam tiga dasawarsa sejak pemilihan umum pascaapartheid pertama pada1994.
Berdasarkan 99,53 persen suara yang telah dihitung Komisi Pemilihan Umum Afrika Selatan, ANC hanya mendapat 40,21 persen suara, meski tetap menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak dalam pemilu.
Padahal pada pemilu-pemilu Afrika Selatan sebelumnya, ANC, parpol yang pernah menjadi kendaraan politik Nelson Mandela tersebut selalu berhasil mendapatkan setidaknya 60 persen suara.
Gejala penurunan dukungan ke ANC mulai terlihat pada pemilu 2019, ketika partai tersebut hanya mendapat 57,5 persen suara.
Sementara itu, partai oposisi utama Aliansi Demokratik (DA) meraih 21,8 persen suara dan diikuti oleh uMkhonto weSizwe (MK), partai pecahan dari ANC pimpinan mantan presiden Jacob Zuma, dengan 14,6 persen suara.
Jumlah suara MK menggeser partai Pejuang Kebebasan Ekonomi (EFF), juga pecahan dari ANC pimpinan mantan ketua sayap pemuda ANC Julius Malema, ke posisi keempat karena hanya mendapat 9,48 persen suara.
Sekitar 27 juta dari 62 juta warga Afrika Selatan terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu yang diikuti 70 partai politik itu. Meski demikian, hanya 58,59 persen pemilih yang menunaikan hak suaranya.
Sebelum hari pemungutan suara, tidak sedikit ahli dan lembaga survei menyimpulkan bahwa ANC tidak akan mendapat 51 persen suara yang dibutuhkannya untuk memimpin Afrika Selatan tanpa perlu berkoalisi dengan parpol lain.
Di antara isu-isu utama dalam kampanye pemilu Afrika Selatan saat ini adalah meningkatnya pengangguran, tingkat kemiskinan, korupsi, masalah suplai listrik, dan kejahatan.
Baca Juga: Konsulat Jenderal RI di Cape Town Afrika Selatan Layani Paspor untuk Anak Berkewarganegaraan Ganda
Penentang ANC menganggap, partai tersebut gagal menangani masalah pengangguran, kesenjangan ekonomi, krisis energi, dan kejahatan di negara itu.