Pertamina Akan Diminta Tanggung Jawab Jika Kawasan Bakau Rusak Akibat Tumpahan Minyak di Balikpapan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 31 Mei 2024 06:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - PT Pertamina (Persero) diminta bertanggung jawab atas kawasan bakau (mangrove) yang berada di Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, jika rusak akibat tumpahan minyak yang terjadi pada Sabtu, 24 Mei 2024.
"Kami minta Pertamina pantau kawasan bakau karena terjadi tumpahan minyak di daerah perumahan atas air di Marga Sari Balikpapan Barat," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, Sudirman Djayaleksana di Balikpapan, Kamis, 30 Mei 2024.
"Kami juga berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan, serta akan turunkan tim untuk pantau kawasan mangrove itu," katanya, terkait tumpahan minyak Pertamina di Balikpapan itu.
Baca Juga: Pertamina EP Zona 7: Temuan Cadangan Migas di Jawa Barat Masih Dalam Evaluasi Teknis
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit Balikpapan sudah sigap lakukan penanganan tumpahan minyak itu, kata Sudirman, tetapi ada kawasan bakau dan kalau tanaman mangrove rusak Pertamina bertanggung jawab.
Hingga kini masih belum diketahui apakah tanaman bakau masih tetap hidup atau akan mati setelah terjadi tumpahan minyak tersebut, ucap Sudirman, dan bakal terus dilakukan pemantauan.
Dinas Lingkungan Hidup juga akan mengundang PT KPI Unit Balikpapan untuk melakukan konfirmasi menyangkut tumpahan minyak.
Baca Juga: Kabar Baik: Pertamina Tegaskan Harga Pertamax Series dan Dex Series Tidak Naik pada April Ini
Diharapkan pertemuan dengan pihak PT KPI Unit Balikpapan itu, ada rekomendasi pertanggungjawaban agar tumpahan minyak tidak terulang kembali dan tidak ada masalah ke depannya.
"Kami harap kejadian serupa tidak terulang, dan kalau ada imbas atau dampak dari tumpahan minyak Pertamina harus bertanggung jawab," ujar Sudirman Djayaleksana.
Tumpahan minyak yang terjadi di kawasan perumahan di atas air Marga Sari tersebut, General Manager PT KPI Unit Balikpapan Arafat Bayu Nugroho mengatakan, bukan disebabkan kebocoran tangki milik PT KPI.
"Peristiwa itu semacam ada minyak yang tercecer ke lingkungan karena ada aktivitas penyelaan (star up) di dalam kilang dan ada program ospek melebihi kapasitas pengolahan kami," katanya lagi.