Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Kehidupan Adalah Perjalanan dan Komaruddin Hidayat Adalah Seorang Peziarah
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 03 Mei 2024 14:20 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Dalam buku terbarunya, Komaruddin Hidayat memandang kehidupan sebagai sebuah perjalanan, dan dirinya sendiri sebagai seorang pejalan atau peziarah. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi diskusi tentang buku karya Komaruddin Hidayat, yang berjudul “Jalan Pulang, Seni Mengelola Takdir.” Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 2 Mei 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber Komaruddin Hidayat, Rektor UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia) 2019-2024. Diskusi itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Elza Peldi Taher.
Baca Juga: Perkumpulan Penulis Satupena Akan Diskusikan Buku Imajinasi Islam Karya Komaruddin Hidayat
Satrio menuturkan, fenomena seorang penulis menempatkan diri sebagai peziarah dalam sebuah perjalanan kehidupan bukanlah hal baru.
“Ada ungkapan orang Jawa yang menyatakan, hidup di dunia itu seperti kita berhenti sejenak di warung untuk sekadar minum teh, untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi,” tutur Satrio.
Menurut Satrio, dalam khasanah tasawuf atau sufi, juga ada karya besar Fariduddin Attar yang berjudul “Musyawarah Burung.” Ini berkisah tentang perjalanan sejumlah burung untuk bertemu dengan Simurgh, raja diraja para burung.
“Perjalanan burung-burung itu sendiri merupakan perlambang dari pencarian makna kehidupan dan perjalanan batin dari makhluk, untuk mencapai tingkatan yang sedekat-dekatnya dengan Allah SWT,” lanjut Satrio.
Yang menarik dari uraian Komaruddin, kata Satrio, ia memandang semua orang pada dasarnya adalah sama sebagai peziarah.
“Artinya, dalam perjalanan ziarah itu, semua orang punya pengalaman sendiri. Mereka melihat hal-hal di sekitarnya, menghayati, dan memperoleh kesan-kesannya sendiri,” tutur Satrio.
Baca Juga: Satupena Akan Hadirkan Komaruddin Hidayat untuk Diskusikan Buku Jalan Pulang, Seni Mengelola Takdir
“Oleh karena itu, semua orang secara potensial sebetulnya punya hal-hal untuk dituliskan, diceritakan, dan disebarluaskan. Idealnya, semua orang adalah peziarah dan seharusnya menjadi penulis,” tegas Satrio.
Menurut Satrio, jika semua orang menuliskan pengalaman hidupnya, mencatat hal-hal yang ia lihat, hayati, dan rasakan dalam kehidupan, maka dampaknya akan besar sekali.
“Itu akan merupakan kontribusi amat besar, yang akan memperkaya khasanah intelektual dan kebudayaan kita. Luar biasa!” ucap Satrio.
Dalam khasanah Islam, Satrio menunjuk kitab suci Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW, sebagai catatan tertulis yang terus menginspirasi umat Islam. “Ini inspirasi yang tak habis-habisnya sampai akhir zaman,” ujarnya. ***