Denny JA: Jokowi Masih Sangat Populer dan Efek Elektoralnya Tinggi, Prabowo-Gibran Peroleh Berkahnya
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 11 Januari 2024 09:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Di bulan Januari 2024, satu bulan lagi menuju hari pencoblosan 14 Februari 2024, Presiden Jokowi masih sangat, sangat, dan sangatlah populer.
Suka ataupun tidak suka, situasi Jokowi akan ikut memengaruhi calon presiden dan calon walon wakil presiden yang menang dan yang kalah dalam pertarungan 2024. Kita mulai dengan data.
Ini hasil survei LSI Denny JA, di akhir Desember 2023 dan di awal Januari 2024. Publik yang menyatakan puas dengan kinerja Jokowi sebesar 78 persen. Ini approval rating terhadap Presiden yang tinggi sekali.
Baca Juga: Denny JA: Penulis Divisi I akan Bertahan, Artificial Intelligence tak Bisa Menggantikannya
Memang sejak bulan Juni sampai Desember 2023, LSI Denny JA, setiap bulan membuat survei nasional. Bahkan mulai bulan November, survei nasional itu dikerjakan setiap 2 minggu sekali.
Approval rating atas Jokowi selalu bergerak di angka 75 persen sampai 81 persen. Ini situasi yang begitu kuat bagi efek Jokowi dalam opini publik.
Situasi itu menguntungkan calon presiden dan wakil presiden yang terasosiasi paling kuat dengan Jokowi.
Dalam survei LSI Denny JA juga tergambarkan opini terhadap ruang publik dalam lima dimensinya. Bagaimana persepsi publik terhadap ekonomi nasional, hukum nasional, politik nasional, keamanan nasional, dan sosial budaya.
Yang mengatakan situasi sekarang buruk dan sangat buruk jauh di bawah 30 persen. Dan yang mengatakan situasi sekarang ini sedang dan baik- baik saja, atau sangat baik, totalnya di atas 50 persen.
Dari lima dimensi ruang publik ini bisa kita katakan situasi politik dan ekonomi, keamanan, dan budaya Indonesia “stabil- stabil saja,” tidak meresahkan publik luas. Ini rapor biru Jokowi di lima dimensi ruang publik.
Hal lain, kita bisa melihat pula bagaimana publik menilai situasi nasional dalam rentang waktu. Misalnya, tentang ekonomi nasional mereka bandingkan situasi sekarang dan sebelumnya di tahun lalu. Atau ekonomi nasional sekarang dibandingkan persepsi mereka untuk tahun depan.
Yang mengatakan suasananya baik dan sedang selalu di atas 50 persen.
Satu-satunya variabel yang menyatakan situasi saat ini makin buruk dan sangat buruk, dengan total di atas 50 persen, hanya terjadi di satu variabel saja, yaitu tentang pengangguran.
Baca Juga: Ekspresi Data Denny JA: Mayoritas Publik tidak Setuju dengan Prinsip Presiden sebagai Petugas Partai
Isu pengangguran adalah satu-satunya isu di ruang publik yang menjadi rapor merah Jokowi. Tapi, di luar isu pengangguran, semua hal lain baik-baik saja.
Mengapa kita katakan situasi Jokowi ini akan memengaruhi menang dan kalah pasangan calon presiden?
Itu bisa dijelaskan dalam satu persoalan. Yaitu distribusi tingkat kepuasan dan ketidakpuasan atas kinerja Jokowi kepada calon presiden dan calon wakil presiden.
Mereka yang puas kepada Jokowi, sebesar 47,7 persen mendukung Prabowo dan Gibran. Hampir separuh dari mereka yang puas pada Jokowi memberi dukungan kepada Prabowo dan Gibran.
Setelah itu, kepada Ganjar dan Mahfud, di angka 26,4 persen. Yang diperoleh Ganjar dan mahfud hanya sedikit di atas separuh dibandingkan yang diperoleh Prabowo dan Gibran.
Sedangkan Anies dan Muhaimin mendapat porsi paling kecil dari “kue tingkat kepuasan atas Jokowi”, sekitar 19,7 persen saja.
Baca Juga: Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA Dipajang di Hotel Mahakam 24 Jakarta
Tapi untuk porsi yang tak puas dengan kinerja Jokowi, hal sebaliknya yang terjadi. Anies dan Muhaimin pada porsi ini mendapat jatah dukungan paling besar.
Mereka yang menyatakan tidak puas kepada kinerja Jokowi 46,9 persen memberi dukungan kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Setelah itu, sebanyak 28,1 persen yang tak puas atas Jokowi lari ke Prabowo dan Gibran. Sedangkan Ganjar dan Mahfud mendapat jatah 10,1persen saja.
Inilah situasi struktur suara seputar Jokowi. Mereka yang puas pada Jokowi hampir separuh pergi ke Prabowo. Mereka yang tak puas pada Jokowi hampir separuh lari ke Anies.
Masalahnya kantong suara yang puas kepada Jokowi itu EMPAT KALI LEBIH BESAR dibanding kantong suara yang tidak puas kepada Jokowi.
Yang puas kepada Jokowi, angkanya 78 persen. Sedangkan yang tidak puas dengan Jokowi, angkanya hanya 20 persen.
Prabowo dan Gibran menguasai kantong suara, yang luasnya sebesar 78 persen (PUAS JOKOWI).
Sedangkan Anies dan Muhaimin menguasai kantong suara yang kotaknya hanya 20 persen saja (TAK PUAS JOKOWI).
Hanya cukup dengan melihat struktur suara (kepuasan) kepada Jokowi, Prabowo-Gibran memang yang paling memperoleh berkahnya. ***