Rosadi Jamani: Buku Tak Lagi Didewakan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 19 November 2023 09:10 WIB
Ada yang berbayar, ada juga karena pertemanan. Ya, macam-macam cerita jurnal ini. Cerita buku pun perlahan semakin jarang dibicarakan. Dulu betapa bangganya bisa menulis buku. Sekarang betapa riang gembiranya tulisan tembus Scopus.
"Saat mau kenaikkan pangkat, saya sertakan delapan buku tulisan saya. Ternyata, buku itu tak bisa dinilai oleh pemeriksa kepangkatan. Katanya, tak sesuai standar. Padahal, buku itu diterima di tingkat pusat. Sangat diutamakan jurnal," ungkap Iwan.
Akibat perubahan ini ber-impact, kaum akademisi lebih senang membaca dan menulis untuk jurnal, ketimbang membukukan tulisannya. Akibat lainnya, mahasiswa pun semakin malas membaca buku. Ia lebih senang membaca jurnal di internet.
Ditambah lagi makin massifnya AI seperti ChatGPT dan sejenisnya. Untuk menulis skripsi begitu mudahnya. Menulis tesis sampai disertasi pun mudah.
Banyak tutorial cara membuat tulisan ilmiah tembus scopus menggunakan chatGPT di youtube. Apalagi gunakan chatGPT Premium, sehari bisa kelar skripsi.
Cara menghindari plagiat pun mudah. Ada sejumlah aplikasi, tulisan AI (robot) dianggap tulisan manusia. Turnitin akan mendeteksinya sebagai tulisan manusia. Kalaupun ada unsur plagiatnya, di bawah 20 persen.
Dunia akademisi sudah jauh berubah. Revolusi industri 4.0 atau sebentar lagi 5.0 mengharuskan kita sebagai human tak bisa lepas dari AI. Tanpa AI rasanya tidak bisa lagi. Semakin hari kita dipaksa tidak menggunakan kecerdasan sendiri. Kecerdasan kita semakin tergantikan oleh AI. Siapa sebenarnya yang cerdas saat ini? Silakan jawab.
(Oleh: Rosadi Jamani, Satupena Kalbar) ***