Televisi Umat Katolik HIDUP TV Siarkan Perjalanan Hidup Ganjar Pranowo
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 23 September 2023 06:00 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Stasiun televisi khusus umat Katolik, Hidup TV akan mengangkat perjalanan hidup Ganjar Pranowo dalam salah satu siarannya.
Dikutip dari gesuri.id, umat 22 September 2023, sebelum diangkat ke televisi, Hidup TV membuat wawancara khusus dengan Ganjar.
Sebelum wawancara, tim pewawancara mengenalkan bahwa Hidup TV tersebut diluncurkan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada 1 Februari 2017 atas usulan Ketua Komisi Komsos KAJ, Romo Harry Sulistyo, dalam rapat anggota Signis Indonesia di Muntilan, Jawa Tengah, pada 13 Februari 2017.
Baca Juga: Badikenita Sitepu: Kemiskinan di Jawa Tengah dan Strategi Intervensi Ganjar Berbasis Desa
“Sosok Pak Ganjar juga menjadi salah satu tokoh Indonesia yang cinta tanah air yang tidak hanya berteori, tetapi langsung praktik. Wawancara khusus akan masuk dalam acara khusus profil-profil tokoh cinta tanah air di Hidup TV,” katanya.
Pertanyaan pertama dalam wawancara dengan Ganjar adalah tentang sosok orangtuanya.
Menurut Ganjar, orangtuanya adalah sosok yang hebat. Ayahnya bekerja sebagai anggota polisi. Yahnya bernama Pamudji dan ibunya ernama Sri Suparni.
Ganjar sejak kecil hidup sangat sederhana. “Dari kecilnya itu, membuat kami bertahan dan lebih banyak tantangan. Orangtua mengajarkan kemandirian, kami harus ngepel, nyuci piring, nyuci baju sendiri.”
“Agar memiliki rasa tanggung jawab. Bapak itu antara tegas dan galak itu berhimpitan. Hingga membuat kami tidak cengeng,” tutur Ganjar.
Sedangkan ibunya, sering mengajari anak-anaknya memasak. Ketika sekolah dan kuliah tinggal di kos-kosan, Ganjar memasak sendiri.
Selain bertujuan agar mandiri dan percaya diri, juga menghemat karena uang saku yang terbatas.
Oleh karena itu, dengan belajar, bagi Ganjar, belajar tentang apa saja, termasuk ilmu pengetahuan yang kelak pasti akan menjadi sebuah investasi.
Selain mahalnya biaya pendidikan saat itu, Ganjar mengaku, orangtuanya sempat menjadi korban rentenir karena harus berhutang demi mengubah nasib hidup anak-anaknya enam bersaudara.
“Utang orangtua kami itu baru lunas setelah kami semua bekerja. Setiap anak masing-masing 'setor' ke orang tua, Rp50 ribu pada 1990-an,” ujar Ganjar.
Seperti anak-anak lainnya di salah satu desa di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, Ganjar sering bersekolah tanpa sepatu. Mandi juga di sungai.
Sewaktu kelas 5 SD, ia pindah ke Kutoarjo untuk mengikuti tempat tugas ayahnya.
Duduk di bangku SMP, Ganjar bahkan sempat berjualan bensin dipinggir jalan.
Ketika bersekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta dan kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Ganjar yang ketika itu sudah hidup sendiri di “kos-kosan” tak pernah mengeluhkan kiriman uang saku yang pas-pasan.
“Sewaktu menjadi mahasiswa, saya aktif di GMNI dan menjadi awal yang belajar politik. Kemudian kenal dengan tokoh-tokoh besar. Hingga menjadi anggota partai, anggota DPR RI, dan bursa ikut pemilihan gubernur dan sekarang masuk periode kedua pada tahun pertama,” katanya.
Akhir wawancara dengan HIdup TV, Ganjar pun berpesan kepada generasi muda, bahwa jika ingin mengabdi, jangan pernah mengeluh dan selalu berbuat baik. ***