Perang dan Kehancuran Total, Hasil Model Eskalasi Konflik Pakar Austria, Friedrich Glasl
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 11 September 2023 09:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Model eskalasi konflik yang dikemukakan oleh pakar Austria, Friedrich Glasl, menelusuri bagaimana perselisihan memburuk dari ketegangan hingga kehancuran total di dunia.
Di era nuklir, sangat penting bagi para pemimpin politik untuk sadar dan memilih diplomasi, bukan perang seperti Ukraina vs Rusia.
Apakah kita terus-menerus bergerak menuju perang? Ketika konflik bersenjata terus berlanjut di Ukraina, kudeta dilakukan di Niger dan bulan Juli tercatat dalam buku sejarah sebagai bulan terpanas di dunia, perang dan perubahan iklim menjadi kombinasi yang beracun.
Singkatnya, kita mengalami kesulitan dalam mencari cara untuk mengatasi krisis yang kita hadapi. Setiap tantangan dapat menyebabkan fragmentasi karena distribusi sumber daya tidak merata dan memerlukan pilihan yang sulit.
Apa yang terjadi di Ukraina adalah sebuah tragedi moral: tidak ada seorang pun yang mengambil keputusan sulit demi perdamaian, malah ratusan ribu orang tewas, jutaan orang terpaksa mengungsi, dan risiko nuklir mengintai.
Inti dari konflik ini adalah penolakan Barat untuk mengakomodasi kepentingan negara-negara lain di dunia. KTT BRICS yang diadakan baru-baru ini di Johannesburg hanya menonjolkan kesenjangan yang semakin besar antara negara-negara Barat dan negara-negara lain di dunia.
Kedua belah pihak melakukan ekspansi: NATO, aliansi keamanan Barat, bergerak ke arah timur menuju Pasifik, sementara BRICS, blok non-Barat, telah menambah enam anggota, sebagian besar dari mereka berasal dari Timur Tengah.
Baca Juga: Kunci Jawaban Soal SD Kelas 2 Tema 2 Halaman 135, Ayo Berhitung Skor Beni
BRICS yang diperbesar akan menyumbang 37 persen PDB dunia dan 47 persen populasi dunia, dibandingkan dengan 9,8 persen populasi dan 29,8 persen produk domestik bruto (PDB) untuk G7 (yaitu, enam negara kaya di Barat ditambah Jepang ).