Rangkaian Bencana Alam di Dunia dalam Beberapa Pekan, Ada yang Sampai Memakan Ribuan Korban
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 19 Agustus 2023 16:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Bencana alam merupakan sebuah musibah yang mutlak dan tidak bisa ditolak proses terjadinya dan hanya bisa diantisipasi kedatangannya.
Bagi peradaban manusia itu sendiri, bencana alam merupakan salah satu faktor yang dapat melumpuhkan mereka dan merusak infrastruktur yang sudah mereka bangun sejak lama.
Sejak zaman dahulu, nenek moyang umat manusia menganggap bencana alam sebagai sebuah hukuman dari yang maha kuasa dan seringkali memusnahkan populasi mereka.
Baca Juga: Kebakaran Hutan Yellowknife, Masalah Komunikasi dan Berita Miring di Facebook Hambat Evakuasi
Bencana alam sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu bencana alam yang terjadi secara alami seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dll.
Yang kedua adalah bencana alam yang disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti kebakaran hutan, kelaparan, banjir, dll.
Peristiwa tersebut terjadi hampir setiap hari di dunia, baik di wilayah yang rentan terhadap bencana maupun yang tidak sama sekali.
Baca Juga: Kebakaran Hotel F2 di Jakarta Selatan, 3 Orang Tewas, Api Diduga Berasal dari Lobby
Karakteristik alam yang sangat labil membuat manusia terkadang tidak bisa memprediksi kapan bencana tersebut kana terjadi.
Buntutnya adalah terjadinya kerusakan infrastruktur dan monumen bersejarah hingga menjadi senjata pemusnah masal.
Berikut adalah rangkuman bencana alam yang terjadi di dunia dalam kurun waktu sepekan terakhir:
1. Krisis Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan (7 Agustus 2023)
Jambore Pramuka Dunia yang ke 25 kali ini berlangsung di Korea Selatan dengan diikuti oleh ribuan anggota Pramuka dari seluruh dunia.
Ajang ini seharusnya menjadi ajang terbesar dan tempat berbagi ilmu dan pengalaman oleh seluruh anggota Pramuka yang ada di dunia.
Ajang ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan nama Korea Selatan di mata dunia sebagai salah satu negara yang sukses menggelar acara bergengsi.
Namun hal tersebut harus tercoreng lantaran para panitia pelaksana dan pemerintah setempat gagal mempersiapkan acara ini dengan sangat matang.
Buntutnya, banyak anggota Pramuka dari seluruh dunia yang menderita penyakit akibat cuaca panas ekstrim yang melanda tempat mereka berkemah.
Baca Juga: PAK PRESIDEN! Dompet Emak-emak Kian Kempes Setelah Harga Daging Ayam Sampai Sayuran Naik
Ditambah dengan serangan serangga yang membuat beberapa anggota Pramuka menderita demam dan gatal-gatal.
Hal tersebut memicu kemarahan dari para orang tua dan pemerintah dari seluruh negara yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
Mereka mempertanyakan tentang kesiapan dan tanggung jawab dari pemerintah Korsel dan panitia penyelenggara terhadap warga negara mereka.
Baca Juga: Terima Banyak Laporan Perundungan, Kemenkes Jatuhkan Sanksi untuk Pimpinan Tiga Rumah Sakit Ini
Acara yang seharusnya menjadi tempat bermain seketika menjadi berantakan dan tidak kondusif karena banyaknya jumlah korban setiap harinya.
Pemerintah Korsel sampai harus menggelontorkan dana umum dan dana cadangan yang nilainya miliaran Won untuk membantu membereskan krisis tersebut.
Krisis tersebut juga dapat membuat nama Korsel tercoreng di mata dunia karena tidak becusnya mereka menjalankan sebuah acara hingga berpotensi jatuh korban jiwa.
Baca Juga: Taklukkan PSM Makassar di Pekan ke 9 BRI Liga 1, Persebaya Surabaya Melesat Naik di Klasemen
2. Kebakaran Hutan di Lahaina, Hawaii, (8 Agustus 2023).
Kebakaran hutan ini terjadi di Pulau Maui dan Big Island di Hawaii dan sampai saat ini belum diketahui apa penyebab utama dari kebakaran yang menghancurkan dua pulau tersebut.
Menurut laporan yang beredar, api pertama kali terlihat membakar pepohonan yang berada jauh di dalam hutan.
Baca Juga: Manga Boruto Two Blue Vortex: Terungkap Kekuatan Mata Mangekyo Sharingan Sarada
Bencana kekeringan, pemanasan global, dan angin kencang yang berhembus sekitar 90 km per jam membuat api tersebut cepat membesar hingga merambat ke wilayah berpenduduk.
Alhasil, ratusan rumah berpenduduk hangus dilalap api, dan ribuan orang dinyatakan menghilang dan masih dalam proses pencarian hingga saat ini.
Kabar terakhir yang didapat, korban meninggal dari kebakaran sudah mencapai 99 orang, dan baru dua orang yang berhasil untuk diidentifikasi identitasnya.
Baca Juga: Profil Lengkap Kirei Na Hana Ramadhani, Anggota Paskibraka di Upacara HUT ke 78 RI di Istana Negara
Bencana ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Hawaii dan kerugian dari bencana alam ini diperkirakan mencapai miliaran dollar.
Hal itu dikarenakan kebakaran ini juga menghanguskan bangunan bersejarah yang telah dibuat sejak tahun 1700-an dan sudah menjadi Daftar Situs Bersejarah Nasional.
Medan yang sangat curam dan luasnya jangkauan lokasi kebakaran membuat petugas pemadam kebakaran kesulitan untuk memadamkan api di beberapa titik.
Baca Juga: Survei Indikator Politik: Elektabilitas PDIP 24,7 Persen, Gerindra 12,3 Persen, Nasdem 5,0 Persen
Sehingga, sangat sulit untuk mereka melakukan pencarian terhadap korban-korban yang berada di bawah reruntuhan bangunan.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, sampai harus turun tangan untuk membantu menyelesaikan krisis ini.
3. Polusi Udara di DKI Jakarta (8 Agustus 2023)
Baca Juga: Hasil Latihan MotoGP Austria 2023, Marco Bezzecchi Menjadi yang Tercepat
Permasalahan polusi udara di Jakarta memang sudah menjadi rahasia umum yang sampai saat ini belum ditemukan solusinya.
Sebagai pusat pemerintahan dan pusat industri di Indonesia, tidak heran jika Jakarta menjadi salah satu kota penyumbang polusi udara terbesar di dunia.
Beberapa waktu lalu, polusi di Jakarta mencapai puncaknya hingga membuat kota ini menjadi kota dengan kualitas udara paling beracun nomor satu di dunia.
Baca Juga: Hasil Piala AFF U23 2023, Sempat Unggul Timnas Indonesia Takluk dari Harimau Malaya
Hal itu bermula ketika perusahaan teknologi kualitas udara dari Swiss, IQAir, membeberkan data tentang kualitas udara di Jakarta yang sangat tercemar.
Jakarta mengalahkan pesaing terberat mereka yaitu Doha, Beijing, dan Dubai yang selalu berada di top 3 teratas sebagai kota paling berpolusi di dunia.
Para pakar dan aktivis lingkungan hidup di Indonesia menyebutkan bahwa meningkatnya polusi udara di Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor.
Baca Juga: Penderita Penyakit Kusta di Indonesia Capai 13 Ribu Orang, Waspada Gejala Awal Seperti Panu
Faktor tersebut diantaranya adalah adanya limbah udara yang dibuang oleh pabrik pembangkit listrik tenaga batu bara yang jaraknya berdekatan satu sama lain.
Kemudian, menumpuknya transportasi yang belum melakukan uji emisi karbon di Jakarta sebagai penyumbang polusi paling parah.
Dan yang terakhir minimnya curah hujan dan hembusan angin di Jakarta yang membuat lapisan inversi menahan laju PM2.5 sehingga tidak bisa berpindah ke lokasi lain.
Baca Juga: Bikin Konten Video Makeup Memeluk 6 Agama di Indonesia, Perempuan Muda Ini Banjir Pujian
Untuk mengurangi dampak polusi ini, pemerintah setempat membuat aturan baru yaitu razia kendaraan yang belum melakukan uji emisi karbon.
Presiden Jokowi juga meminta agar pembangunan jaringan kereta metro cepat diselesaikan supaya kejadian ini tidak terulang kembali.
4. Hilangnya Empat Peselancar Australia di Perairan Indonesia (15 Agustus 2023)
Kasus hilangnya empat orang peselancar ini bermula ketika rombongan turis Australia yang berjumlah 12 orang berangkat dari Pulau Nias menuju Pinang Resort.
Baca Juga: Polisi Ungkap Pemicu Kasus Perundungan Pelajar SMA di Kota Depok yang Sempat Viral
Mereka berangkat menggunakan dua kapal, satu kapal berisi delapan warga negara Australia dan ditemani dengan dua awak kapal dari Indonesia.
Kapal kedua berisi empat warga negara Australia ditemani oleh tiga warga negara Indonesia, mereka berangkat sejak pukul 15.00.
Ditengah perjalanan mereka dihadang cuaca buruk sehingga membuat kapal satu harus berhenti di pulau terdekat untuk menunggu badai reda.
Baca Juga: Terungkap Penyebab Jatuhnya Pesawat Pribadi di Jalan Tol Malaysia yang Makan Korban 10 Orang
Sementara kapal dua masih terus melanjutkan perjalanan ke Pinang Resort yang berada di Pulau Banyak, Aceh.
Namun sampai hari Senin, kapal dua tidak pernah datang ke Pinang Resort, membuat manajemen disana menghubungi pihak yang berwajib untuk memulai pencarian.
Diketahui bahwa kapal dua hancur dimakan badai dan ombak di laut yang diperkirakan mencapai tinggi empat meter.
Pencarian yang dilakukan oleh pihak berwenang Indonesia dibantu oleh pemerintah Australia dan nelayan setempat akhirnya membuahkan hasil.
Keempat warga negara Australia tersebut ditemukan dalam kondisi selamat, namun satu orang awak kapal dari Indonesia masih dinyatakan hilang hingga saat ini.
5. Kebakaran Hutan di Yellowknife, Kanada (17 Agustus 2023)
Kebakaran hutan di Yellowknife tahun ini menjadi yang terburuk dalam sejarah kota tersebut dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Kebakaran hutan tersebut terjadi di Wilayah Barat Laut dan api kebakaran tersebut semakin mendekat ke wilayah pemukiman warga.
Hal tersebut membuat sebanyak 20.000 penduduk yang tinggal di Yellowknife harus mengungsi ke provinsi Alberta yang ada di sebelah provinsi mereka.
Pemerintah setempat memberikan waktu paling tidak hingga hari Jum'at siang kepada para penduduk untuk segera meninggalkan kota mereka.
Hal tersebut untuk mengantisipasi cuaca yang buruk dan semburan api yang bisa saja menutup akses darat dan udara ke Yellowknife.
Jalur darat dari Yellowknife menuju Alberta hanya ada satu akses dengan dua arah yang bisa saja terhalang oleh api kebakaran jika penduduk terlambat dievakuasi.
Baca Juga: Inilah 5 Anggota Kara di Manga Boruto Two Blue Vortex, Terungkap Tujuan Menyerang Desa Konoha
Sementara asap tebal dari kebakaran tersebut bisa menutupi jarak pandang pilot yang membawa para pengungsi nantinya.
Proses evakuasi sempat terganggu karena minimnya berita yang dipublish di sosial media karena peraturan yang dibuat oleh Meta.
Akhirnya, para penduduk hanya bisa mendapatkan informasi dari mulut ke mulut atau dari siaran radio.
Baca Juga: Prediksi Skor BRI Liga 1: PSIS Semarang vs Persib Bandung Minggu Malam Live di Indosiar dan Vidio
Kebakaran hutan ini tidak menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian materil selama pemerintah setempat bisa menghentikan pergerakan api dengan cepat.
Itulah rangkaian bencana alam yang terjadi di dunia. Tetap waspada terhadap kejadian alam yang bisa terjadi dimana saja.***