Aspadin Prediksi Industri Air Minum Dalam Kemasan Tumbuh 3-4 Persen pada Semester I 2023
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 18 Juli 2023 17:20 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Aspadin atau Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan memperkirakan, industri AMDK (air minum dalam kemasan) akan mencapai pertumbuhan di kisaran 3-4 persen pada Semester I 2023.
Menurut Aspadin, kalau situasi dan kondisi serta kebijakan pemerintah tetap kondusif, hingga akhir tahun ini produksi AMDK bahkan bisa mencapai lebih dari 30 miliar liter.
“Perkiraan saya, untuk Semester I 2023 ini pertumbuhan sekitar 3 sampai 4 persen. Kalau proyeksi tahun ini, kita bahkan bisa tumbuh hingga sekitar 6 persen,” ujar Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat.
Baca Juga: Ini Dia Daftar Klasemen Sementara Usai Pekan ke 3 Kompetisi BRI Liga 1 Selesai Digelar
Dia mengatakan sejak status pandemi berangsur dicabut tahun lalu, penjualan AMDK bergerak naik signifikan. Masyarakat diperbolehkan lagi melakukan kegiatan di luar rumah serta berkumpul.
Sejak itu, menurutnya, konsumsi AMDK terutama yang kemasan botol serta cup perlahan naik signifikan.
“Harapan kita, kalau situasi dan kondisi serta kebijakan pemerintah tetap kondusif, hingga akhir tahun ini produksi AMDK bisa mencapai lebih dari 30 miliar liter. Investasi baru ataupun perluasan investasi di AMDK juga sudah mulai tumbuh Kembali,” katanya.
Kenaikan penjualan AMDK ini dirasakan para agen AMDK dan toko-toko grosir sembako yang juga menjual AMDK.
Erik, pemilik agen AMDK berbagai merek baik kemasan gelas, botol, dan galon di Bekasi, mengaku mengalami kenaikan penjualan AMDK sekitar 4-5 persen dari Januari hingga Juni tahun ini.
Baca Juga: Profil Dalton Gomez, Suami Ariana Grande yang Dikabarkan Sudah Bercerai Akibat LDR
“Penjualan AMDK mulai naik lagi terutama untuk kemasan gelas dan botol. Kalau kemasan galon dari dulu memang mengalami kenaikan signifikan,” ujarnya.
Hal serupa dialami Anton, agen AMDK di wilayah Tangsel. Menurutnya, penjualan AMDK di tempatnya naik sekitar 4 persen pada Semester I tahun ini. “Saya hanya menjual galon guna ulang saja. Hingga Juni tahun ini, penjualan saya kira-kira ada kenaikan sebesar 4 persen,” tukasnya.
Muhamad Royan, pemilik toko grosir dan eceran AMDK galon guna ulang di daerah Karang Tengah Ciledug, juga mengatakan ada kenaikan penjualan AMDK sekitar 3-4 persen selama 6 bulan tahun ini. “Penjualan AMDK kita sekitar 3-4 persen dari Januari sampai Juni 2023 ini,” tuturnya.
Kristiono, agen AMDK galon di daerah Ciangsana, Bogor, juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, penjualan AMDK di tempatnya mengalami kenaikan sekitar 4 persen pada medio tahun ini.
Baca Juga: Korban Tewas Akibat Ajaran Sesat di Kenya Capai 403 Orang, Motifnya Bikin Kaget
“Ada kenaikan sekitar 4 persenan,” ungkapnya.
Begitu juga pemilik toko grosir dan eceran AMDK di daerah Cisalak Depok, Ucok Batubara, mengatakan ada kenaikan penjualan AMDK sekitar 3 persenan di tokonya. “Kenaikan tetap ada, Cuma baru sekitar 3 persenan,” tukasnya.
Rachmat menambahkan, AMDK merupakan industri yang terus bertumbuh dan menyerap lebih dari 40.000 tenaga kerja langsung dan ratusan ribu dengan multiplier effectnya.
Dia melanjutkan, AMDK merupakan bagian dari industri pengolahan, khususnya makanan dan minuman (mamin) dan merupakan salah satu industri utama penunjang Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Pada 2022 lalu, industri mamin menyumbang 6,23 persen pada PDB.
Baca Juga: Ipsos Public Affairs: Erick Thohir Paling Tinggi Elektabilitasnya dan Paling Rendah Resistensinya
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut peluang bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) masih besar.
Laju pertumbuhan industri minuman, khususnya air minum dalam kemasan terus meningkat. Bahkan di tengah pandemi lalu, permintaan produk AMDK terus naik.
Diperkirakan, pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin), yang di dalamnya terdapat AMDK, akan tetap tumbuh.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Edy Sutopo, mengatakan kontribusi industri mamin termasuk AMDK terhadap PDB industri pengolahan non-migas tergolong tinggi, termasuk nilai ekspor dan serapan investasinya baik PMA maupun PMDN.***