KASUS NASDEM: Politik Tanpa Mahar Itu Bohong

ORBITINDONESIA.COM - "Nasdem tidak memungut biaya dan tidak menerapkan biaya," bantah Sekjen Nasdem Johnny G Plate pada 2018 lalu, ketika terangkat isu Lucky Hakim nyaleg karena Nasdem membayarnya.

Menggelikan, karena Sekjen Nasdem sekarang yang berstatement seperti itu justru sedang mendekam di balik jeruji besi, dengan status tersangka tindak pidana korupsi.

Ya korupsi mega proyek tower BTS 4G masih mengundang atensi publik. Apalagi Nasdem getol membela kadernya itu dengan upaya hukum praperadilan, di saat kronologi sudah menunjukkan kesalahan Johnny.

Baca Juga: Majelis Rendah Jepang Loloskan RUU Pemahaman LGBT yang Kontroversial

Belum selesai dengan koruptor, Nasdem terus ditempa berbagai macam polemik. Yang terbaru tersiar kabar heboh, kader Nasdem di Indramayu berbondong-bondong angkat kaki dari parpol naungannya karena ketidakselarasan antara lisan dan tindakan.

Kronologi awalnya, salah satu kader yang bernama Yosep Husein mau mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Sudah dijanjikan nomor 1, tapi ada bocoran yang menempatkan Yosep di nomor urut 3.

Untuk menggeser caleg bernomor urut 2, Yosep harus mengeluarkan uang sebesar Rp 3,5 miliar sebagai mahar. Sontak hal itu membuat kaget sekaligus kecewa. Pasalnya apa yang dilakukan Nasdem ini tidak senada dengan suara sang Ketum, Surya Paloh.

Dalam statemennya yang terpampang di medsos maupun secara langsung yang diwakili oleh Johnny tadi, politik Nasdem itu tanpa mahar. Begitu pula dengan dukungannya tanpa syarat.

Baca Juga: Indonesia Open 2023: Langkah Gregoria Terhenti dari Pusarla Shindu

Tapi aneh rasanya melihat kondisi sekarang, karena berbanding terbalik dengan apa yang dikoarkan Paloh. Dari mahar Rp 3,5 miliar tadi, kader Nasdem memilih melakukan pengunduran diri secara massal.

Jangankan rakyat, di situasi tidak pasti begini kader akan kembali berpikir dua kali. Keberadaannya di parpol bercapres Anies itu membawa keuntungan dan kebermanfaatan atau tidak?

Pemikiran itu muncul, karena banyaknya huru-hara yang keluar dari tokoh di dalamnya. Salah satu kaitannya dengan tertangkapnya Johnny yang ikut menyuarakan nyaleg di Nasdem tidak pakai mahar. Nyatanya dia sendiri tersandung kasus korupsi besar.

Bau tak sedap pun terendus dari uang korupsi negara itu, sebagian digunakan untuk keperluan capres mereka, Anies Baswedan. Ya bayangkan saja, kehidupan mewah dengan fasilitas yang serba glamour diberikan Nasdem begitu saja kepada Anies.

Baca Juga: Ini Dia Daftar Jadwal Tayang Terlengkap Film The Flash di Bioskop XXI Kawasan Kota Bandung 14 Juni 2023

Ada jet pribadi, mendatangkan massa dalam kunjungan, hingga pengadaan doorprize dalam kunjungan ke berbagai provinsi yang disinggahi Anies. Benarkah itu semua uang Surya Paloh sendiri?

Rasanya aneh jika semua uang nyapres dan nyaleg itu keluar dari kantong Nasdem sendiri. Karena yang namanya mahar politik dalam prosesi pencalonan diri sebagai legislatif itu hal yang wajar, dan bisa dikatakan juga sebagai kebutuhan.

Hal tersebut diungkapkan secara blak-blakan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Tepatnya sebelum Ganjar mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Tengah.

Kala itu Ganjar sedang menjabat sebagai anggota DPR RI. Belum selesai menjabat, Ganjar diamanahkan oleh sang ketum, Megawati Soekarnowati, untuk maju dalam Pilkada Jateng pada 2013 lalu.

Baca Juga: Bagaimana Hukumnya Beribadah Karena Allah, Tetapi Juga Ada Niat niat Duniawi

Saat ditanyai Mega berapa dana yang dimiliki Ganjar, gubernur dua periode itu menjawab hanya memiliki uang Rp 500 juta untuk biaya penyalegan di periode kedua nanti.

Tidak menjadi masalah, karena PDIP selalu terbuka. Dan yang paling membuat setiap kadernya nyaman dalam keluarga banteng ini, kerena satu sikap yang terus dilestarikan dari waktu ke waktu.

Ada gotong royong yang menjadi satu rasa untuk mengeratkan kekeluargaan, dalam partai besutan Megawati Soekarnoputri itu. Puan Maharani kala itu yang menjadi panglima perang dalam Pilkada Jateng, menggunakan gotong royong untuk memenangkan Ganjar.

Dan ya, semua membuahkan hasil manis. Berkat gotong royong Puan dan kader serta kecakapan seorang Ganjar untuk meyakinkan warga, bahwa ia mampu membawa Jateng lebih maju.

Baca Juga: Jonathan Latumahina Bawa Bukti Baru di Persidangan Kasus Penganiayaan David Ozora, Mario Dandy Ketar Ketir

Sekarang pilihan rakyat terbayar dengan perubahan-perubahan drastis, yang terjadi di provinsi padat penduduk itu. Di luar usaha dari masing-masing bacaleg, mahar ataupun nominal yang digunakan untuk maju memang sangat diperlukan.

Pengamat politik pun sudah paham akan kebutuhan caleg, dan calon-calon lain dalam pesta demokrasi. Ada biaya administrasi yang bercabang-cabang, seperti akomodasi bacaleg turun ke masyarakat untuk memperkenalkan diri.

Sosialisasi apa program kerjanya ke depan juga butuh duit, seperti biaya sewa tempat dan berbagai printilannya. Lalu ada biaya publikasi untuk branding diri melalui banner, ataupun pamflet yang beraneka bentuknya.

Namanya usaha, pasti semua hal diupayakan selama itu tidak melanggar norma dan peraturan yang berlaku. Tapi sayang hal itu menjadi tabu saat orang munafik bilang bahwa mahar itu tidak perlu.

Baca Juga: Bobby Nasution Fasilitasi Ibadah Sementara GEKI di Kantor Walikota Medan

Ya contohnya seperti Surya Paloh dan anak buahnya tadi. Ngoceh politik tanpa mahar, tapi kadernya dipalaki duit miliaran rupiah, demi nomor urut 1.

Kenapa tidak mengakui saja, lalu meluruskan anggapan sensitif ini agar publik tahu mahar itu dipakai untuk apa. Selama uang itu digunakan dengan baik untuk keperluan yang bermanfaat, why not?

Tapi kearogansian dari pemilik Pulau Kaliage itu tidak terkalahkan. Ia mengagungkan kekayaannya dan menyombongkan diri bahwa mahar politik itu tidak perlu.

Besaran dana nyaleg yang dipermasalahkan kader Nasdem juga membuat shock publik. Maka dari itu, mengeluarkan dana pas dan nominalnya tidak berlebihan juga menjadi pertimbangan bagi bacaleg, yang maju memperjuangkan suaranya untuk mengabdikan diri kepada rakyat.

Baca Juga: Jonathan Latumahina Beri Kesaksian Pada Sidang Lanjutan Kasus Penganiayaan David Ozora

Ya seperti yang dialami Ganjar tadi, mahar sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing calon wakil rakyat. Seperti yang pernah diungkapkan Ganjar, bahwa gotong royong itu penting.

“Yang punya banyak memberi lebih dan yang tidak punya memberikan semampunya”. Begitulah yang dilontarkan Ganjar di hadapan semua orang, baik kadernya maupun rakyat Indonesia secara umum.

Oleh: Nikmatul Sugiyarto, seword.com. ***