Pentingnya Beradab Sebelum Berilmu
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Agustus 2022 15:30 WIB
ORBITINDONESIA - Berilmu merupakan suatu kemuliaan bagi setiap insan, mencarinya adalah jalan menuju kebaikan dunia dan akhirat. Tidak bisa dipungkiri, bahwa dengan ilmu segala sesuatu bisa dicapai.
Perkara dunia harus dengan ilmu, perkara akhirat yang miliki keutamaan lebih penting tentunya sangat membutuhkan ilmu.
Dengan ilmu, Allah Rabb semesta alam disembah, dengannya perkara duniawi bisa terselesaikan. Dengannya, Allah Swt mengangkat derajat orang beriman dan berilmu,
(???? ???? ???? ????? ???? ?????? ???? ????? ?????) ???????? : 11
“Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan oarang yang berilmu di antara kalian beberapa derajat (dari orang selain kalian)”. (QS. al-Mujadalah: 11)
Nabi Saw juga memberi kabar gembira bahwa jalan atau usaha yang bersentuhan dengan ilmu akan Allah Swt permudah jalannya menuju surga, Nabi Saw bersabda:
(?? ??? ????? ????? ??? ???? ??? ???? ?? ????? ??? ?????)
“Barangsiapa yang menumpuh jalan dalam menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.”
Namun, bagi seorang penuntut ilmu, ada satu hal penting yang harus diperhatikan sebelum menyelam ke dalam luasnya samudera ilmu.
Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Kesalahan Dalam Niat Sholat dan Sujud yang Sering Tak Disadari
Para ulama’ terdahulu sangat menekankan hal ini untuk dipelajari bagi para thâlib al-ilmi (pelajar/santri); yaitu belajar adab sebelum ilmu.
Imam dar al-hijrah Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy:
“Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu!”
Ibnu Sirin Ra. berkata:
“????? ??????? ????? ??? ??????? ?????”
“Mereka (para ulama’) mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu”
Baca Juga: Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Menang Tipis, Persebaya Surabaya Turun Peringkat
Dalam konteks ini, Ibnu Sirin Ra mengabarkan tentang para sahabat dan para kibar tabi’in (guru-guru beliau) dalam metode belajar, mereka memposisikan adab seperti ilmu yang porsinya sama untuk dipelajari.
Saking pentingnya mempelajari adab sebelum mempelajari suatu disiplin ilmu, Ibnu Mubarok Ra. berkata, “kami mempelajari adab selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Adab adalah perilaku baik berupa ucapan dan perbuatan
Pada zaman sekarang, adab sudah terkikis dari para penuntut ilmu serta perhatian terhadap adab sangat minim.
Hingga terjadi fenomena yang sering kita dapati ketika berbeda pendapat dalam suatu masalah ijtihadiah, yang berujung pada permusuhan antara sesama muslim.
Hal ini tidak pernah diajarkan oleh para ulama’ terdahulu yang menekankan akan pentingnya adab bagi penuntut ilmu.
Dikisahkan bahwa imam Syafi’i Ra. berkata kepada Yunus As-Shadafi -Abu Musa- Ra. seraya menggandeng tangannya setelah berdebat tentang suatu masalah,
“Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?”
Baca Juga: Profil Darwin Nunez, Satu Gol dan Assist Jadi Pembuktian Perdana Bersama Liverpool
Dalam permasalahan ilmu tentu berbeda pendapat sudah menjadi hal yang lumrah.
Tetapi sikaplah yang akan mejadikan orang tersebut memiliki wibawa dan pemahaman yang dalam akan ilmu, jika ia memperhatikan adab dalam berbicara dan berperilaku.
Imam Malik ketika diutus ibunya untuk belajar kepada Rabiah bin Abdurrahman, ibunya berpesan, “Pelajarilah adabnya sebelum engkau mempelajari ilmunya.”
Dari perkataan hikmah dan kisah para ulama’ di atas sudah cukup bagi kita untuk memahami bahwa pentingnya suatu adab bagi seorang penuntut ilmu.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Laga Debut Erik ten Hag, Manchester United Justru Takluk Atas Brighton
Hal ini (adab) tidak pernah terpisahkan dengan ilmu, orang yang berilmu tanpa adab akan sia-sia, sebagaimana permisalan yang disebutkan oleh Abu Zakaria al-Anbari Ra:
“??? ??? ??? ???? ??? ???? ???? ??? ??? ???? ??? ???”
“Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar, sedangkan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad.”
Di antara perkara adab yang ditekankan para ulama’ adalah permasalahan niat, sampai sampai Imam Bukhari Ra. meletakan hadits ini pada awal kitab shahihnya, yaitu perkataan Nabi Saw
(???? ??????? ???????)
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat.”
Baca Juga: Hasil Liga 1: Persis Solo Tiga Kali Kalah Beruntun
Abdurrahman bin Mahdi berkata (mengomentari hadits ini), “barang siapa yang ingin memulai penulisan sebuah buku, hendaklah ia memulainya dengan hadits ini, sebagai pengingat bagi thâlib al-ilmi (santri) untuk senantiasa memperbarui niat”.
Imam Ibnu Jama’ah asy-Syafi’i Ra. menyusun kitab “Tadzkiratus Sâmi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim” membahas tentang adab bagi penuntut ilmu; pelajar maupun pengajar.
Kitab ini sangat fenomenal bagi penuntut ilmu, pembahasan yang lengkap dan susunan yang rapi membuat kitab ini banyak dikaji oleh para penuntut ilmu.
Beliau sangat menekankan tentang permasalahan hati (terutama niat yang ikhlas) pada pembahasan awal setiap babnya.
Baca Juga: Hasil MotoGP Inggris: Bagnaia Juara, Peringkat 3 Klasemen
Serta menjelaskan secara detail adab yang terlihat dari penampilan luar maupun yang tersembunyi dari perkara hati. Kitab ini sangat direkomendasikan bagi thalibul ilmi.
Nabi Saw telah mengajarkan kita suatu doa agar kita dapat terhindar dari adab yang buruk dan akhlak yang tercela. Diriwayatkan oleh imam Tirmizi Ra, Nabi Saw bersabda:
?????????? ?????? ??????? ???? ???? ??????????? ??????????? ????????????? ?????????????
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan akhlak, perbuatan (sia-sia), dan hawa nafsu”
Semoga kita selalu diberikan akhlak yang mulia dan ditunjukan untuk selalu menjaga adab yang baik dengan sesama. Amin.
Baca Juga: Daebak! Psy dan Suga BTS Pecahkan Rekor di Youtube
“???? ?? ???? ??????? ?? ????? ??? ??? ????? ???? ??? ???? ???? ????”
“Ketahuilah, bahwa nilai seseorang insan ada pada perbuatan baiknya, dan kemuliaannya pada keilmuannya, dan gambaran akal pikirannya pada adabnya.”
(Dikutip dari grup medsos Motivasi Hijrah).***