DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Cuaca Panas di Jawa Timur, BMKG Sebut Sudah Masuki Hari Tanpa Bayangan

image
Cuaca Panas di Jawa Timur, BMKG Sebut Sudah Masuki Hari Tanpa Bayangan

ORBITINDONESIA.COM- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda menyebut, kawasan Provinsi Jawa Timur sudah memasuki hari tanpa bayangan.

Hari tanpa bayangan atau kulminasi yakni fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.

Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, menjelaskan mengapa di Jawa Timur sudah memasuki hari tanpa bayangan.

Baca Juga: NU dan Sepak Bola Jadikan Erick Thohir Cawapres Terkuat

"Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat 'menghilang', karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," ujarnya dikutip dari Antara, Minggu 8 Oktober 2023.

Ia mengatakan, hal itu terjadi karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika bidang revolusi bumi.

Sehingga posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun.

Baca Juga: Ketika Kuliner Kerak Telor Pertama Kali Tersaji di Prancis, Bikin Para Chef Kagum

"Hal ini disebut sebagai gerak semu harian matahari," tuturnya.

Ia mengatakan, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa.

"Di kota-kota lain, kulminasi utama terjadi saat deklinasi matahari sama dengan lintang kota tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini juga terjadi El Nino pada bulan September hingga November yang secara umum El Nino berdampak terhadap penurunan curah hujan di Jawa Timur sebesar lebih dari 40 persen.

Baca Juga: Megawati Menjadi Salah Seorang Juri untuk Zayed Award for Human Fraternity 2024

Akan tetapi, kata dia, ketika memasuki bulan Desember hingga Februari pada umumnya dampak El Nino mempengaruhi penurunan curah hujan Jawa Timur sebesar 1 -20 persen.

"Dampak El Nino sangat bergantung pada kondisi angin gradien yang aktif. Jadi tidak dapat disamakan dampak El Nino pada setiap bulannya," ujarnya.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pontianak Zulfydar Zaidar Mochtar menyambut baik hadirnya Pesona Kulminasi Matahari 2023 karena melalui agenda wisata tersebut selain menampilkan keajaiban alam juga menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan.

“Pesona Kulminasi Matahari 2023 di Kota Pontianak bukan hanya tentang matahari yang mencapai puncaknya di garis Khatulistiwa, tetapi juga tentang sinergi antara budaya, pendidikan, dan ekonomi yang mampu memberikan berkah bagi kota ini,” ujarnya di Pontianak, Kamis.

Menurutnya, dukungan penuh dari pemerintah daerah dan partisipasi aktif dari masyarakat, Pontianak akan terus bersinar sebagai kota jasa termasuk berkaitan wisata.

Menurutnya, pelaksanaan pesona kulminasi matahari harus lebih baik setiap tahunnya.***

 

Berita Terkait