Orbit Indonesia
Buntut dari Banyaknya Kematian Harimau Benggala Alshad Ahmad, Professor IPB Beri Komentar Menohok
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 05 Agustus 2023 17:28 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Memelihara satwa liar sudah menjadi trend dilakukan oleh beberapa artis dan publik figur di Indonesia.
Beberapa satwa liar yang dipelihara mereka masih dalam kondisi wajar seperti burung, ikan, dan hewan herbivora.
Tetapi dilihat dari kasus kematian 7 harimau benggala milik Alshad Ahmad timbulkan reaksi dari Profesor IPB.
Baca Juga: Arema FC Babak Belur Dihajar Barito Putera, Singo Edan Kian Terbenam di Dasar Klasemen BRI Liga 1
Memang, ada beberapa konten kreator yang sengaja membeli atau menangkap satwa liar tersebut untuk edukasi atau dirawat jika satwa liar tersebut ditemukan sakit, lalu kemudian akan dirilis kembali di alam ketika sudah waktunya.
Namun, beberapa satwa liar yang dipelihara oleh konten kreator tersebut berujung pada kematian sebelum sempat dikembalikan ke habitat alaminya.
Itulah yang terjadi pada anak harimau Benggala yang dipelihara oleh konten kreator Alshad Ahmad, yang ditemukan mati di kandang harimau di rumahnya.
Baca Juga: DISKUSI SATUPENA: Mengapa 2019 Prabowo Naik Kuda, Tapi untuk Pilpres 2024 Prabowo Lebih Suka Kucing
Bayi harimau Benggala betina yang diberi nama Cenora tersebut ditemukan sudah tidak bernyawa sehari setelah Alshad membagikan momennya memberikan daging sapi wagyu A5 kepada mereka.
Dalam postingan Instagramnya, Alshad mengungkapkan kesedihannya kala ditinggal pergi oleh Cenora untuk selama-lamanya.
"Cenora sayang... Anak harimau yang cantik, baik, tenang, kalem, selalu bisa nemenin dan jagain adiknya, selalu manja dan sayang banget ke papahnya..." Kata Alshad dikutip Orbit Indonesia dari Instagram resminya Sabtu 5 Agustus 2023.
"Ga nyangka Cenora pergi secepat ini, kita semua berduka yang mendalam. Padahal kemarin baru kesenengan karena nyobain daging yang enak ya, baru bisa loncat-loncat, baru kemarin papah mau mengajak main ke Villa biar bisa lari-lari yang puas di halaman yang gede." Katanya.
Terakhir, Alshad menulis, "Selamat istirahat ya sayang, terima kasih atas kehadiran kamu disini yang selalu bikin kita semua bahagia, happy, terhibur karena lucunya, gemesnya dengan tingkah-tingkah kamu. Papah sayang banget sama Cenora".
Postingan tersebut memancing reaksi warganet, beberapa merasa sedih karena dan merasa kehilangan sosok bayi harimau yang lucu tersebut walaupun hanya bisa melihat mereka lewat video YouTube.
Baca Juga: Juara Indonesian Idol Salma Salsabil Ikut Meriahkan Pergelaran Angklung Terbesar di Dunia
Namun, banyak yang merasa geram karena kegagalan Alshad dalam memelihara satwa liar tersebut hingga berujung pada kematian.
Netizen menganggap Alshad seperti mengeksploitasi hewan-hewan ini demi keuntungan pribadinya semata.
Dan menyuruh Alshad untuk berhenti memelihara satwa liar yang bukan untuk dipelihara.
Melihat fenomena seperti ini, Pakar Genetika Ekologi dari Institut Pertanian Bogor, Prof. Ronny Rachman Noor, memberikan tanggapannya.
Baca Juga: Lengkapi ASN Kanwil Kemenkumham DKI dengan Ilmu Beladiri, Ibnu Chuldun Gandeng Federasi Kempo
Menurutnya, meski harimau Bengal bukan termasuk salah satu hewan dilindungi di Indonesia, harimau jenis ini termasuk kedalam spesies harimau yang terancam punah menurut International Union of Conservation of Nature (IUCN).
Prof Ronny juga menyebutkan bahwa satwa liar yang dipindahkan dari alam ke tempat baru yang bukan habitat aslinya, akan mengalami stres.
Stres tersebut dapat memicu perubahan metabolisme dan fisiologi yang sangat ekstrim bagi tubuhnya.
"Bagi masyarakat awam, satwa liar yang dipelihara oleh individu ataupun lembaga seperti kebun binatang dan taman safari merupakan bentuk perlindungan terhadap satwa liar tersebut. Namun faktanya, pembatasan gerak menjadi faktor pemicu stress dan kematian", Kata Prof Ronny dikutip Orbit Indonesia dari ipb.ac.id Sabtu 5 Agustus 2023.
Misalnya, seekor harimau Sumatera memiliki daya jelajah puluhan bahkan ratusan kilometer persegi pada habitat aslinya.
Sehingga, pada habitat barunya, harimau tersebut memerlukan area perawatan yang cukup luas.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kenapa Persebaya Surabaya Start Dengan Mengecewakan di BRI Liga 1 Musim Ini
"Pada prinsipnya, setiap hewan, termasuk spesies langka, memiliki zona homeostatis (zona ideal tempat hewan dapat tumbuh dan berkembang biak) untuk setiap kondisi fisiologis tubuhnya", Kata Prof Ronny.
Dia juga menambahkan, "Jika terjadi perubahan lingkungan yang drastis, spesies langka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dari kondisi fisiologis ke kondisi yang dekat dengan zona hemeostatisnya dengan mengalokasikan energi dan berbagai sumber daya lain di dalam tubuhnya".
Prof Ronny juga menjelaskan bahwa akibat dari proses ini nantinya akan mengalami defisit energi dan sumber daya yang digunakan kebutuhan lain, seperti memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Baca Juga: Miris, Inilah Motif Pembunuhan Mahasiswa UI oleh Senior, dari Rasa Iri Hingga Terlilit Utang Pinjol
Yang lebih ekstrim adalah, hewan-hewan tersebut akan mengorbankan pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
"Jika stress ini berlanjut, spesies yang terancam punah akan mengorbankan lebih banyak energi dan sumber daya lainnya untuk menghadapi stress. Kondisi ini dapat membuat spesies yang terancam punah tidak dapat melakukan reproduksi", Kata Prof Ronny.
Dia menambahkan, "Bahkan, pada tahap ketika hewan liar ini tidak dapat mengatasi stress yang lebih parah lagi, spesies yang terancam punah ini akan mati".
Prof Ronny juga menjelaskan bahwa konsep konservasi satwa langka dengan melakukan pemeliharaan di dalam kebun binatang ataupun pemeliharaan yang dilakukan oleh individu tertentu.
Terutama yang masih menggunakan kandang, sudah tidak pernah digunakan dalam konsep ilmu konservasi modern.
Alasannya adalah karena hal tersebut membatasi ruang gerak hewan yang memiliki daya jelajah cukup luas di habitat aslinya.
Menurut Prof Ronny, konsep pelestarian In Situ, seperti membangun margasatwa dan taman konservasi untuk memelihara hewan adalah cara yang paling tepat meski harus memakan biaya yang tidak sedikit.***