Saiful Huda Ems: AHY, Purnawirawan Mayor yang Mimpi Jadi Capres atau Cawapres 2024
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 02 Juni 2023 04:14 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Lucu dan tragis sekali, bocil anak kesayangan mantan Presiden yang hidupnya sangat dimanja, dan yang pastinya hidup bergelimang harta, tidak mengerti suka dukanya hidup yang sangat keras seperti umumnya kehidupan kaum marginal, tiba-tiba bermimpi ingin menjadi Capres, bukan Cawapres.
Dan belakangan targetnya turun dan menginginkan jadi Cawapres Anies Baswedan. Orang-orang pasti tertawa dan berkata,"Belum juga mulai bertarung sudah menyerah duluan, batal Nyapres balik jadi Nyawapres. Dasar bocil!"
Celakanya, jangankan ia (AHY) yang ingin jadi Cawapres Anies, bahkan Anies Baswedan sendiri yang sudah diusung oleh Partai Nasdem untuk menjadi Bacapres 2024, sampai detik ini belum dapat kepastian jadi tidaknya untuk menjadi Capres RI definitif 2024.
Ini terjadi mengingat Partai Nasdem masih belum mencukupi syarat ambang batas 20 persen atau mininal 115 kursi di DPR RI. Sedangkan partai-partai yang semula menyatakan ingin berkoalisi (baca: kerja sama) dengan Nasdem, masih terlihat pikir-pikir, belum memutuskan secara pasti arah kerjasamanya dengan Nasdem.
Ini benar-benar mimpi di siang bolong seorang "purnawirawan mayor" yang ingin langsung menjadi capres / cawapres 2024.
Sedangkan menjadi Danyon saja baru beberapa bulan dan itupun baru memimpin kurang lebih 500 anggota, tiba-tiba ia bermimpi mau memimpin 270 juta rakyat Indonesia.
Pengalaman tempurnya juga belum ada, sebab sejak kecil terlalu dimanja oleh Peponya (SBY). Sekolah di luar negeri terus, belum pernah merasakan sekolah di bangku reot dan atap bolong. Belum pernah juga bertugas di daerah-daerah konflik seperti dulu di Aceh dan Papua.
Apakah kita semua lupa atau tidak mengerti, bahwa purnawirawan mayor itu selevel dengan Danramil, mitra kerjanya baru level Kecamatan.
Jadi harusnya sebelum AHY bermimpi menjadi Capres/Cawapres, hendaknya bermimpi dululah untuk menjadi Calon Bupati atau Calon Walikota, itupun jika ada rakyat yang mau memilih.
Kalau mendukung saja pasti banyak, karena berharap sesuatu darinya. Namun kalau disuruh memilihnya, rakyat butuh waktu 10 tahun berpikir tanpa putus.
Ya, rakyat Indonesia pastinya butuh waktu minimal 10 tahun lagi untuk berpikir, layakkah AHY didukung dan dipilih menjadi Calon Bupati atau Calon Walikota, sebab untuk menjadi Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden RI itu terlampau tinggi.
Ini bukan maqamnya orang sembarangan, yang hanya modal popularitas hasil dari sisa-sisa popularitas peponya yang sudah sangat jadul, yang tidak lagi bisa memenuhi tuntutan zaman yang berkembang sangat cepat.
Siapapun boleh menyangsikan pernyataan saya ini yang terkesan sembarangan dan mengada-ada. Namun pertanyaan terakhir saya ini akan menjadi bukti petunjuk otentik, betapa apa yang saya katakan itu benar adanya:
Adakah di dunia ini partai politik yang dikuasai oleh satu keluarga dengan terlebih dahulu menyingkirkan semua para pendirinya, selain Partai Demokrat pimpinan AHY?
Adakah Partai Politik di dunia ini yang AD/ART nya diubah oleh satu orang, sendirian, yang mana dia bukan pendirinya, selain apa yang dilakukan oleh SBY atau keluarganya di Partai Demokrat pimpinan AHY?
Adakah di dunia ini partai politik yang pemilihan ketua umumnya disodorkan oleh bapaknya sendiri untuk disepakati oleh kongres, kecuali SBY yang menyodorkan anaknya sendiri (AHY) untuk disepakati menjadi Ketum Partai Demokrat?
Adakah di dunia ini, partai politik yang didaftarkan ke Dirjen HAKI dengan atas nama satu orang sebagai pendirinya, selain apa yang dilakukan oleh SBY di Partai Demokrat pimpinan AHY?
Sejak kapan UU Partai Politik membolehkan satu atau dua orang sebagai pendiri Parpol? Sapere aude!
31 Mei 2023.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat Pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko.