DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kunjungan Delegasi Israel ke Indonesia Adalah Bagian dari Perwujudan Konsep Israel Victory

image
Dr. Ir. Satrio Arismunandar, M.Si., MBA

 

ORBITINDONESIAKunjungan delegasi Israel ke Indonesia bulan Juli 2022 sebenarnya secara tak langsung adalah perwujudan dari gagasan Israel Victory (Kemenangan Israel), yang digagas oleh Daniel Pipes dari Knesset Israel Victory Caucus. Kunjungan itu diselenggarakan oleh Israel-Asia Center, yang berbasis di Yerusalem.

Demikian dikatakan Pemimpin Redaksi Majalah Pertahanan Armory Reborn, Satrio Arismunandar, Rabu, 24 Agustus 2022. Satrio melakukan telaah terhadap konsep Israel Victory, yang memiliki implikasi jauh dalam konstelasi politik di Timur Tengah dan hubungan internasional Israel.

Daniel Pipes adalah sejarawan Yahudi Amerika yang sangat pro-Israel. Menurut Pipes, ketika merumuskan gagasan Israel Victory di akhir 1990-an dan pertama kali menulis tentangnya pada April 2001, gagasan itu tampak jauh.

Baca Juga: Nasihat Hikmah: Lakukan Segala Sesuatu yang Baik, yang Berkenan di Mata Allah

Tapi sekarang, kombinasi dari badan politik Israel yang lebih realistis, dan negara-negara Arab yang berfokus pada ancaman Iran, membuat gagasan Israel Victory itu bisa dijangkau.

“Oleh karena itu, implikasinya perlu dikerjakan secara rinci,” tulis Pipes di Middle East Forum.

Apa yang dimaksud dengan Israel Victory? Israel Victory berarti Israel bisa memaksakan kehendaknya pada wilayah Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, sehingga mayoritas warga Palestina di sana akhirnya berhenti mencoba menghapuskan eksistensi negara Israel.

“Sebaliknya, mereka menerima keberadaan permanen negara Yahudi. Kemenangan Israel bertujuan untuk mengalahkan Palestina, sehingga mereka tidak lagi menjadi musuh di medan perang militer, diplomatik, ekonomi, atau lainnya,” jelas Pipes.

Baca Juga: Akui Motif Pembunuhan Brigadir J Belum Utuh, Kapolri Masih Ingin Periksa Putri Candrawathi

Pengaruh dominan Teheran atas empat ibu kota berbahasa Arab (Baghdad, Damaskus, Beirut, Sanaa), serta agresi lebih lanjut, dikombinasikan dengan dukungan AS yang lemah, telah mendorong beberapa pemimpin Arab untuk memandang Israel sebagai sekutu. Ini masuk dalam pengamatan Pipes.

Dimulai dengan Uni Emirat Arab, tetapi juga Bahrain, Oman, Arab Saudi, Maroko, dan Sudan, para pembuat keputusan Arab.

Mereka kini semakin memandang Israel bukan melalui lensa konflik Palestina-Israel, tetapi lebih banyak dalam hal hubungan bilateral. Ini memberikan kepada negara Yahudi lebih banyak kebebasan bertindak.

Ahli strategi Israel, Efraim Inbar, dengan meyakinkan melihat orang-orang Palestina hanya sebagai "pengganggu strategis," karena pihak Palestina itu kekurangan bobot ekonomi atau militer.

Baca Juga: Jennie BLACKPINK dan V BTS Pacaran? Ini Kata Agensi

Tetapi ia mengabaikan fakta bahwa anti-Zionisme Kiri global, yang semakin marah, bertumpu hampir secara eksklusif pada persepsi bahwa Israel melanggar hak asasi manusia warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

Ini berarti bahwa satu-satunya cara untuk mengurangi permusuhan yang berbahaya ini—bayangkan seorang tokoh kiri suatu hari nanti berkuasa di Gedung Putih—adalah dengan menyelesaikan masalah Palestina.

Oleh karena itu, dari sudut pandang Israel, berurusan dengan Tepi Barat dan Gaza sama mendesaknya dengan berurusan dengan persenjataan nuklir Iran. “Dan sekarang adalah waktu untuk mengatasinya, sementara konteks internasional relatif tidak berbahaya,” tulis Pipes.

Menurut pandangan garis keras Pipes, Israel Victory mewakili “satu-satunya jalan yang mungkin bagi Israel menuju resolusi.” ***

 

Berita Terkait