AS Kembangkan Peluru Artileri Ramjet 155 untuk Ungguli Rusia dan China di Pertempuran Darat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 17 Agustus 2022 05:46 WIB
ORBITINDONESIA - Dua kontraktor pertahanan—satu dari AS dan satu dari Eropa—telah bekerja sama untuk menghasilkan peluru howitzer baru, Ramjet 155, yang dapat menjadikan artileri sebagai senjata dominan dalam perang darat. Demikian laporan popularmechanics.com yang dikutip orbitindonesia, 17 Agustus 2022.
Peluru artileri Ramjet 155 tidak hanya dapat menjangkau sejauh 71 km (melebihi jarak Jakarta-Bogor), tetapi juga dapat mengunci dan menghancurkan target yang bergerak.
Peluru Ramjet 155 itu, yang saat ini sedang dalam pengujian, akan memungkinkan tentara AS dan NATO untuk menyerang target saat berada di luar jangkauan artileri Rusia dan China dengan aman.
Baca Juga: Iran Serahkan Tanggapan Tertulis untuk Pulihkan Kesepakatan Nuklir
Tes Ramjet 155 terbaru, yang diumumkan oleh Boeing dan Nammo minggu ini, dilakukan pada 28 Juni di Pusat Tes Andøya di Norwegia. Mesin ramjet shell berhasil dinyalakan dan "menunjukkan stabilitas penerbangan dengan proses pembakaran mesin yang terkontrol dengan baik."
Selama lebih dari dua dekade, teknologi artileri telah menjadi prioritas yang relatif rendah bagi militer AS. Penekanan pasca-9/11 pada perang gerilya dan pertempuran melawan musuh berkemampuan rendah, seperti ISIS dan Taliban, telah mengurangi kebutuhan akan artileri jarak jauh yang kuat.
Angkatan Darat dan Marinir AS, yang tidak memiliki ancaman artileri musuh yang kredibel, telah mampu beroperasi dengan impunitas. Mereka bisa mendirikan situs artileri yang dilindungi, tanpa terlalu memperhatikan tembakan artileri musuh, dengan serangan udara mengisi celah untuk mencapai target jarak jauh.
Pergeseran kembali ke konflik kekuatan besar mengubah itu. Pasukan darat AS sekali lagi harus berjuang melawan pasukan besar dengan persenjataan berteknologi tinggi, memastikan bahwa peralatan Amerika secara teknis lebih unggul daripada yang diterjunkan oleh musuh potensial.
Baca Juga: Hillary Clinton, Skandal Lewinsky dan Arti Pernikahan
Pesawat yang menyerang target jarak jauh memiliki potensi untuk ditembak jatuh dalam prosesnya, kehilangan pilot dan pesawat seharga 100 juta dollar AS.
Perang artileri antara Ukraina dan Rusia—dengan kedua belah pihak menggempur dengan ratusan howitzer dan beberapa sistem peluncur roket setiap hari— mengingatkan tentang kondisi dunia nyata yang brutal. Yakni, tentang kekuatan artileri dan apa yang terjadi pada pihak yang kalah dalam duel artileri.***