Refleksi Secangkir Kopi tentang Visi Kepemimpinan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 27 Juli 2023 08:55 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Visi kepemimpinan di bangsa korup ini akan menjadi sangat naif jika hanya di urai sebatas jargon/narasi/slogan/dialektika yang ideal dan kaku. Mayoritas pusat kekuasaan di bangsa ini masih terlalu "bandit" untuk menerima sosok-sosok ideal yang mengusung tema perubahan.
Kaum idealis kerap kali hanya menjadi "entitas perifer" yang di marginalisasi di pojok-pojok ketidak berdayaan.
Akibatnya, visi perubahan sulit membumi bukan karena tak punya sosok-sosok berkapasitas, tapi di sebabkan karena pusat kekuasaan enggan mengadopsi visi perubahan tersebut dalam rahim kebijakan publik.
Masalah sosial masyarakat lokal teramat kompleks dalam rangkaian aspek yang heterogen, apalagi kalau sudah mencakup areal secara nasional. Akibatnya, kita tak bisa menjadi "lone ranger" tanpa senjata untuk hadapi 1.000 bandit bersenjata.
Akibatnya, kerap kali kita gagal memilah makna dan posisi, berdiri sebagai "pahlawan yang heroik" atau terkapar sebagai "tumbal menyedihkan".
Demi merangsek ke dalam sistem kekuasaan yang kental dengan kultur kapitalis dan oligarkis, maka kaum idealis harus menciptakan akses konektivitas yang fleksible tanpa kehilangan jati diri dan nurani.
Pusat kekuasaan yang seringkali dominatif, manipulatif dan koruptif harus di hadapi dengan bijak.
Meminjam sebuah adagium orang bijak yang berkata "cerdiklah seperti ular tapi tuluslah seperti merpati". Jika hanya cerdik tanpa tulus, maka kita akan jadi licik dan bisa menjadi penipu ulung terhadap rakyat.
Sebaliknya, jika hanya tulus tanpa cerdik, maka kita akan di kerangkeng dalam gobloknya ketulusan yang salah kaprah. Akibatnya, kita akan jadi mangsa empuk dari sistem dan populasi koruptif memangsa kita. Kita harus cerdik agar tak tertipu, dan kita harus tulus agar tak tertipu.
Salam secangkir kopi pagi, sahabatku.
Jerry Bambuta
FORUM LITERASI MASYARAKAT