Bagaimana Sains Membantah Analogi Zionis yang Keliru Antara Kolonialisme Israel dan Ekspansi Islam
ORBITINDONESIA.COM - Propaganda Zionis secara konsisten berupaya menyamakan ekspansi Islam pada abad ke-7–8 dengan kolonialisme pemukim Israel di Palestina abad ke-20.
Perbandingan ini secara historis tidak akurat dan secara konseptual salah, karena mengabaikan perbedaan utama yang ditetapkan oleh historiografi modern antara penaklukan kekaisaran pra-modern dan kolonialisme pemukim modern, yang dicirikan oleh logika pembersihan etnis dan penggantian demografis.
Berikut adalah empat alasan berbasis bukti yang membongkar kekeliruan ini.
Dua Fenomena Sejarah yang Tidak Kompatibel
Ekspansi Islam adalah proses kekaisaran pra-modern, yang terutama berfokus pada reorganisasi politik, fiskal, dan administratif wilayah yang ditaklukkan, tanpa tujuan sistematis untuk pemindahan massal atau penggantian penduduk. Meskipun melibatkan penaklukan militer dan perubahan kekuasaan, populasi lokal sebagian besar mempertahankan kontinuitas, dengan imigrasi Arab yang terbatas dan bertahap.
Kebijakan seperti toleransi relatif terhadap orang Kristen dan Yahudi (di bawah status dhimmi) memungkinkan komunitas yang sebelumnya dibatasi, seperti orang Yahudi di Yerusalem di bawah kekuasaan Bizantium, untuk kembali, tanpa menimbulkan pembersihan etnis.
Sebaliknya, kolonialisme pemukim Yahudi Israel melibatkan penghapusan struktural penduduk asli untuk menggantinya secara demografis melalui pemukiman permanen, perampasan tanah, dan kebijakan pembersihan etnis. Perbedaan konseptual dan temporal ini membuat perbandingan tersebut menjadi penyederhanaan sejarah yang bias dan propaganda.
Bukti Demografi dan Populasi
Sebelum imigrasi Zionis besar-besaran yang dimulai pada akhir abad ke-19 (Aliyah Pertama, 1882), orang Yahudi hanya mewakili 3–5% dari populasi di Palestina Utsmaniyah (McCarthy, 1990).
Sensus Inggris selama Mandat mencerminkan dampak imigrasi yang difasilitasi oleh kekuatan kolonial ini:
– Sensus 1922: Yahudi 11%, Arab 89% (Barron, 1923).
– Sensus 1931: Yahudi 17%, Arab 83% (Pemerintah Palestina, 1933; McCarthy, 1990).
Pada tahun 1947, menurut perkiraan Komite Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina (UNSCOP), jumlah orang Yahudi mencapai 32%, dengan orang Arab mencapai 68% (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1947).
Setelah tahun 1948, selama Nakba, pengusiran massal dan kekerasan terhadap warga Palestina secara radikal mengubah demografi, mengkonsolidasikan mayoritas Yahudi di wilayah yang dikuasai Israel, serta penyitaan properti Palestina.
Sebaliknya, selama ekspansi Islam, tidak ada penggantian demografis yang sebanding: imigrasi Arab sangat minim, dan penduduk asli tetap menjadi mayoritas selama berabad-abad, dengan proses Arabisasi dan Islamisasi yang bertahap dan tidak memaksa. Perbedaan ini mengungkap sifat manipulatif dari analogi propaganda Zionis.
Bukti Genetik
Studi genetik modern menunjukkan kontinuitas genetik yang lebih besar antara warga Palestina saat ini dan populasi Levant kuno (Kanaan dan selanjutnya) dibandingkan dengan populasi Yahudi Israel rata-rata, di mana Yahudi Ashkenazi—yang merupakan mayoritas Yahudi Israel—menunjukkan percampuran Eropa yang signifikan yang mengurangi komponen Levant kuno mereka.
Data ini dengan tegas membantah mitos Zionis tentang "kembalinya leluhur secara eksklusif" orang Yahudi sebagai satu-satunya pewaris sah tanah tersebut, mengungkap bagaimana narasi ini mengabaikan fakta bahwa orang Palestina, rata-rata, mempertahankan kesinambungan genetik yang lebih besar dengan penduduk historis Levant.
Bagaimanapun, bukti genetik saja tidak memberikan hak politik istimewa: klaim yang sah didasarkan pada kehadiran berkelanjutan dan kehidupan generasi di wilayah tersebut, bukan pada kemurnian leluhur yang dianggap ada.
Kesinambungan Populasi Palestina Selama Ribuan Tahun
Populasi Palestina saat ini merupakan keturunan langsung dari penduduk Levant selama ribuan tahun, dengan konversi agama berturut-turut (ke Kristen selama periode Romawi dan Bizantium, dan kemudian ke Islam), tetapi mempertahankan kehadiran yang tidak terputus di wilayah tersebut.
Kesinambungan sejarah ini—yang dibuktikan secara demografis dan genetik—berbeda dengan narasi propaganda Zionis yang melompat dari sejarah Yahudi kuno ke tahun 1948, menghapus dua ribu tahun pendudukan lokal yang berkelanjutan.
Justru kehadiran generasi yang berkelanjutan inilah yang mendasari hak-hak penduduk asli Palestina, terlepas dari perubahan agama atau administratif sepanjang sejarah.
Kesimpulan
Ekspansi Islam dan kolonialisme pemukim Israel mewakili fenomena sejarah yang sangat berbeda: yang pertama, penaklukan kekaisaran pra-modern dengan perubahan bertahap, kontinuitas populasi, dan tanpa niat untuk pemberantasan etnis; yang kedua, proses modern pembersihan etnis dan penggantian demografis struktural.
(Sumber: Riset Historiografi Palestina) ***