Kanselir Jerman Friedrich Merz Batalkan Kunjungan Resmi ke Norwegia untuk Perundingan Uni Eropa Mengenai Aset Rusia
ORBITINDONESIA.COM - Kanselir Jerman Friedrich Merz telah membuat perubahan mendadak pada jadwalnya, membatalkan rencana perjalanan ke Norwegia pada hari Jumat, 5 Desember 2025, dan beralih ke Brussel untuk negosiasi berisiko tinggi.
Perundingan mendesak tersebut, yang akan melibatkan Perdana Menteri Belgia Bart De Wever dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, berpusat pada proposal Uni Eropa yang kontroversial untuk menggunakan aset negara Rusia yang dibekukan guna membiayai upaya perang Ukraina.
Langkah ini menggarisbawahi kompleksitas politik dan hukum yang dihadapi Eropa dalam upaya meningkatkan tekanan terhadap Rusia sambil tetap menjaga persatuan di antara negara-negara anggotanya.
Rencana Uni Eropa dan Peran Krusial Belgia
Proposal tersebut, yang awalnya diajukan oleh Kanselir Merz pada bulan September dan dirinci oleh Presiden Komisi von der Leyen minggu ini, melibatkan pembentukan "pinjaman reparasi" untuk Ukraina.
Instrumen keuangan ini akan didukung oleh dana tunai yang dihasilkan dari sekitar €200 miliar aset bank sentral Rusia yang dibekukan di Uni Eropa setelah invasi tahun 2022. Kyiv hanya diwajibkan untuk membayar kembali pinjaman tersebut setelah Rusia sendiri membayar reparasi perang.
Kendala krusialnya adalah Belgia, tempat lembaga kliring Euroclear berada, yang menyimpan sebagian besar aset yang diimobilisasi ini. Para pejabat Belgia khawatir negara mereka akan menanggung tanggung jawab hukum dan keuangan yang tidak proporsional jika rencana tersebut ditentang.
Kekhawatiran Belgia atas risiko hukum dan solidaritas
Belgia telah muncul sebagai pihak yang paling skeptis terhadap rencana tersebut di Uni Eropa. Pemerintah di Brussel bersikeras bahwa segala risiko keuangan dan hukum yang terkait dengan langkah tersebut harus ditanggung bersama oleh seluruh 27 negara anggota, bukan hanya ditanggung oleh Belgia.
Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Belgia, Maxime Prevot, menyuarakan rasa frustrasi yang jelas, dengan menyatakan, "Kami merasa frustrasi karena tidak didengarkan. Kekhawatiran kami diremehkan."
Ia berpendapat bahwa draf Komisi saat ini gagal menjawab keberatan-keberatan inti Belgia ini secara memuaskan. Menanggapi hal ini, von der Leyen telah mengusulkan sebuah "mekanisme solidaritas" yang dirancang untuk memungkinkan Uni Eropa secara kolektif menyerap setiap risiko yang tersisa, sebuah jaminan yang secara khusus ditujukan kepada Brussels.
Implikasi keuangan global dan perspektif Turki
Perdebatan mengenai penyitaan aset Rusia memiliki implikasi signifikan bagi sistem keuangan global, yang berpotensi memengaruhi persepsi keamanan cadangan devisa yang disimpan di yurisdiksi Barat.
Bagi negara-negara seperti Turki, yang memelihara hubungan diplomatik dan ekonomi yang kompleks dengan Rusia dan Barat, tindakan-tindakan semacam itu diawasi dengan ketat.
Meskipun Turki mendukung integritas teritorial Ukraina dan telah bertindak sebagai mediator, Turki juga memprioritaskan stabilitas ekonomi dan prinsip bahwa sanksi keuangan unilateral dapat menimbulkan efek berantai yang tak terduga.
Perjuangan internal Uni Eropa menyoroti keseimbangan yang sulit antara memberikan tekanan geopolitik dan menegakkan kerangka hukum yang mendukung keuangan internasional.***