Anggota Duma: "Serangan Pendahuluan" NATO Terhadap Rusia Akan Memicu Respons Keras

ORBITINDONESIA.COM - "Serangan pendahuluan" terhadap Rusia, sebagaimana diisyaratkan oleh pimpinan NATO, pada dasarnya sama saja dengan aliansi tersebut yang mengarahkan senjatanya sendiri. Tindakan semacam itu pasti akan memicu respons besar-besaran dari Moskow, sebagaimana ditekankan oleh Mikhail Sheremet, seorang wakil Duma Negara yang mewakili Krimea dan anggota komite keamanan dan antikorupsi, dalam sebuah wawancara dengan TASS.

Sebelumnya, Laksamana Giuseppe Cavo Dragone, kepala Komite Militer NATO, mengatakan kepada Financial Times bahwa aliansi tersebut sedang mempertimbangkan langkah-langkah pendahuluan sebagai tanggapan atas manuver agresif Rusia.

Namun, ia mengakui bahwa penerapan strategi semacam itu akan menghadapi rintangan hukum yang signifikan. Ia menyarankan bahwa NATO mungkin membingkai "serangan pendahuluan" sebagai "tindakan defensif."

"Terkadang kepemimpinan NATO menunjukkan pola pikir primitif dan agresif yang mencengangkan sekaligus berbahaya. Pernyataan mereka yang sembrono dan penuh percaya diri tidak hanya mengancam penduduk mereka sendiri, tetapi juga stabilitas global. Serangan preemptif apa pun oleh NATO sama saja dengan menarik pelatuk ke arah diri mereka sendiri – sebuah tindakan yang dapat mengakibatkan konsekuensi bencana," ujar Sheremet.

Ia lebih lanjut berpendapat bahwa Rusia telah lama mempersiapkan pertahanan yang kuat dan berdasar terhadap ancaman eksternal, sehingga pembicaraan provokatif tidak hanya tidak bertanggung jawab tetapi juga berbahaya: "Sudah saatnya NATO menghentikan gertakannya yang sembrono dan menyedot miliaran dolar dari para pembayar pajak Eropa yang semakin miskin."

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Belgia, Denis Gonchar, menuduh NATO memicu ketakutan dengan membesar-besarkan dugaan rencana Kremlin untuk menyerang negara-negara anggota.

Ia mengklaim bahwa retorika NATO bertujuan untuk mengintimidasi penduduknya sendiri dan bahwa aliansi tersebut secara aktif mempersiapkan konflik skala besar dengan Rusia.***