Ismail Amin: Pengalaman Ikut Haul Sayidah Fatimah az-Zahra di Teheran Iran

Oleh Ismail Amin

ORBITINDONESIA.COM - Kemarin saya ke Teheran, ikut acara malam pertama -berlangsung selama tiga malam- haul Sayidah Fatimah az-Zahra sa putri Rasulullah SAW. Acara yang juga dihadiri Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dan pejabat tinggi negara, ada Presiden Pezeshkian, Jaksa Agung dan Panglima Militer.

Acaranya berlangsung di Husainiyah Imam Khomeini, di jantung Iran, di tengah pemukiman warga. Bukan di pemukiman elit, sebab lorong memasukinnya hanya muat satu mobil, dengan bangunan-bangunan warga yang terkesan lecet dan tua. Hadir sampai lebih lima ribu orang. Jika tidak dibatasi tentu lebih membludak.

Setiap yang masuk harus yang telah mendapat undangan terlebih dulu, yang ada stiker hologram dan barcodenya sehingga tidak bisa dipalsukan. Pemeriksaan dilakukan berlapis. Saya hitung, sampai empat kali setiap yang masuk diperiksa ketat. Yang hanya bisa dibawa masuk hanya tanda pengenal. Tissu sekalipun diminta untuk dibuang, di tempat sampah yang disediakan. Hp, arloji, dll sudah harus dilepas sebelum memasuki pintu pemeriksaan pertama.

Di tengah antri untuk pemeriksaan, saya kerap melihat ke langit-langit dan berpikir, apa gunanya pemeriksaan super ketat dan berlapis seperti ini kalau teror dan serangan justru berasal dari atas. Kira-kira perlindungan seperti apa yang dilakukan pengamanan untuk mencegah serangan dari atas ke lokasi acara ini.

Ini bukan tempat yang tersembunyi dan sulit diakses. Dan kehadiran tokoh-tokoh super penting Iran di acara ini juga sudah diketahui. Sebab acara serupa sudah berlangsung secara rutin selama puluhan tahun di tempat yang sama. Tapi pemeriksaan memang tidak bisa diabaikan. Teror di Iran justru banyak terjadi untuk kasus bahan peledak yang dibawa. Lengah sedikit, bisa fatal akibatnya.

Sayang ada miskoordinasi yang dilakukan panitia pengamanan. Tempat khusus yang telah disiapkan untuk undangan asing, telah terisi penuh oleh warga Iran. Sehingga saya harus tergencet di tengah-tengah orang-orang Iran yang bertubuh tinggi besar.

Untung, di antara fotografer ada juga yang berhasil mengambil gambar saya. Saya berkalli-kali memandang ke arah kameramen, agar pas wajah dishoot, gestur saya tidak malu-maluin. Teman Afrika yang tahu lokasi duduknya telah 'diserobot' berteriak ke panitia pengamanan, "Saya tidak akan pernah ridho. Kalian telah melakukan kesalahan. Kalian tidak Becus." Panitia hanya bisa membujuk dan berkali-kali meminta maaf.

Acara di mulai dengan lantunan ayat suci oleh qari remaja Iran. Begitu ayat suci Al-Qur'an usai dilantunkan, jamaah yang hadir bergegas berdiri sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi, menandai masuknya Ayatulah Sayid Ali Khamenei ke podium, jamaah perempuan berteriak histeris. Tidak sedikit diantaranya malah sampai menangis.

Tanpa dikomando, orang-orang Iran dengan suara lantang mengatakan, "Kami selalu mendukung anda Tuan Khamenei. Kami bukan penduduk Kufah yang meninggalkan Ali sendirian!!!." Ayatullah Khamenei dengan senyum khasnya membalas dengan juga melambaikan tagan di atas. Beliaupun kemudian duduk di kursinya, dan jamaahpun serentak duduk bersila untuk acara selanjutnya.

Kemudian dilanjutkan ceramah. Selain mengingatkan jamaah atas keteladanan Sayidah Fatimah sa, Hujjatul Islam Rahim Syarafi sebagai penceramah juga menyinggung strategi musuh terhadap umat Islam. Di antaranya upaya memecah-belah umat, infiltrasi, penyebaran keraguan dan syubhat, serta tekanan ekonomi. Ia menegaskan pentingnya kewaspadaan menghadapi rencana musuh yang ingin melemahkan ketahanan ummat.

Usai ceramah, acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan elegi detik-detik kepergian Sayidah FFatimah az-Zahra sa. Setiap kalimat yang dibacakan Haj Saeed Haddadian mengundang isak tangis jamaah. Dengan nada yang menyayat hati, dia menyampaikan lantunan duka mengenang Sayidah Fatimah az-Zahra sa. Acara kemudian ditutup dengan doa bersama.

Dan para jamaah kembali histeris, ketika Ayatullah Khamenei berdiri melambaikan tangan hendak meninggalkan tempat. Ia hadir tidak ubahnya jamaah yang lain, hanya mengikuti rangkaian acara. Tidak sepatah kata pun yang ia ucapkan, selain bibirnya mengucap lirih, yang tidak terdengar. Mungkin berkata, "Terimakasih. Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua."

Sembari melambaikan tangan ia menatap kesemua Arah. Jamaah tetap dengan teriakannya yang menggema, "Wahai tuan Khamenei kami selalu mendukung anda, wahai tuan Khamenei Allah selalu menjagamu!"

Saya tidak bisa utuh melihat lambaian tangan dan senyum hangat pemimpin tertinggi Iran itu. Sebab bukan hanya sambil jinjit, saya bahkan sampai berkali-kali melompat. Saya juga sih yang salah, waktu masa pertumbuhan dulu lebih doyan ngemil bakwan goreng dibanding ikan salmon.

Begitu kembali, setiap jamaah diberi nasi berkat dan sebotol air mineral. Nasi berkat yang baru saya buka setiba di rumah -setelah menempuh perjalanan 3 jam-. Yang langsung diserbu istri dan anak-anak.

Terimakasih undangannya ya Imam Khamenei....

(Sumber: FB Ismail Amin) ***