Widia Wahyuni: Peran Guru Bimbingan dan Konseling di Era Digital
Oleh Widia Wahyuni, S.Pd., SMP Negeri 1 Tukak Sadai
ORBITINDONESIA.COM - Perkembangan teknologi digital—khususnya gawai—telah membawa perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi para siswa di sekolah. Kemudahan akses informasi memang memberikan banyak manfaat, namun di sisi lain, penggunaan gawai yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan pribadi, sosial, maupun akademik siswa.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran sentral dalam membantu peserta didik menghadapi dinamika era digital. Tugas mereka bukan hanya memberikan layanan konseling, tetapi juga menanamkan nilai moral, etika, dan spiritual; membantu siswa membentuk karakter; serta mendampingi mereka dalam mengenal diri, mengatasi masalah, dan mengembangkan bakat serta minat. Tujuan akhirnya adalah agar peserta didik dapat tumbuh secara optimal dan siap menghadapi masa depan.
Dalam konteks penggunaan teknologi digital, guru BK sangat berperan mengarahkan siswa agar mampu memanfaatkan gawai secara benar dan bertanggung jawab. Tantangan yang dihadapi pun semakin kompleks. Kemajuan teknologi yang begitu cepat kerap memunculkan masalah-masalah baru: unggahan tidak pantas di media sosial, komunikasi yang tidak sopan melalui pesan suara atau chat, penyebaran foto atau video tanpa izin, hingga tindakan cyberbullying.
Selain itu, berbagai aplikasi seperti game online (misalnya Domino, Mager, Double Win Slots), layanan transfer digital, hingga situs dan aplikasi tertentu yang kurang tepat, sering menjadi pintu masuk bagi perilaku negatif seperti judi online atau kebiasaan menggunakan teknologi secara berlebihan. Hal-hal ini dapat memengaruhi cara berpikir, merusak konsentrasi, dan membuat siswa malas menyelesaikan tanggung jawab akademiknya.
Padahal, teknologi digital sebenarnya menyediakan banyak peluang positif: media belajar yang luas, sumber informasi yang tak terbatas, serta ruang kreativitas yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi diri. Di sinilah guru BK harus hadir untuk membimbing siswa agar mampu memanfaatkan teknologi secara bijak dan produktif.
Peran guru BK juga perlu diperkuat melalui kerja sama dengan orang tua. Kecanduan gawai di kalangan siswa kini menjadi salah satu kekhawatiran terbesar, karena dapat memengaruhi kesehatan mata, otak, mental, dan fisik mereka. Di sekolah, tidak sedikit siswa menggunakan gawai untuk bermain saat pembelajaran berlangsung, bukan untuk belajar. Sementara di luar sekolah, banyak tempat yang memfasilitasi game online sehingga siswa makin mudah menghabiskan waktu di dunia digital tanpa pengawasan.
Karena itu, kolaborasi antara guru BK, orang tua, dan siswa menjadi kunci. Guru BK dapat membina dan mengembangkan keterampilan sosial serta emosional peserta didik, sekaligus mengajarkan mereka cara memanfaatkan teknologi secara aman, kreatif, dan bertanggung jawab. Dengan pendampingan yang tepat, gawai dapat menjadi alat yang memperkaya pengetahuan dan membuka peluang menuju dunia kerja dan masa depan yang lebih baik—bukan sebaliknya.***