Menteri Pertahanan Sudan Serukan Mobilisasi Massa Melawan Kelompok Paramiliter RSF

ORBITINDONESIA.COM - Menteri Pertahanan Sudan, Selasa, 4 November 2025, menyerukan mobilisasi massa untuk melawan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang merupakan kelompok paramiliter di tengah pertempuran mematikan di wilayah Darfur dan Kordofan, Anadolu melaporkan.

Dalam pernyataan yang dimuat di media lokal, Letnan Jenderal Yassin Ibrahim Yassin menggambarkan persiapan militer melawan kelompok pemberontak tersebut sebagai "hak nasional yang sah" mengingat kejahatan yang dilakukan oleh RSF, khususnya di kota El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara.

Ia menekankan bahwa meskipun pemerintah menyambut baik inisiatif perdamaian dan mediasi internasional, pemerintah akan terus mempersiapkan "perjuangan rakyat" untuk mempertahankan persatuan dan keamanan Sudan.

RSF merebut El-Fasher pada 26 Oktober dan melakukan pembantaian warga sipil, menurut organisasi lokal dan internasional, yang memicu peringatan bahwa pengambilalihan tersebut dapat mempererat pemisahan geografis negara yang dilanda perang tersebut.

RSF (Rapid Support Forces) adalah pasukan paramiliter kuat di Sudan yang menjadi salah satu aktor utama dalam perang saudara yang meletus sejak April 2023. Mereka berakar dari milisi Janjaweed — kelompok bersenjata yang berperan dalam konflik berdarah di Darfur pada awal 2000-an.

RSF resmi dibentuk pada 2013 oleh rezim Omar al-Bashir sebagai kekuatan pendukung militer untuk operasi kontra-pemberontakan dan keamanan dalam negeri. Namun, sejak kejatuhan Bashir pada 2019, RSF berkembang menjadi kekuatan militer mandiri yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo, atau “Hemedti”, wakil kepala Dewan Kedaulatan Sudan sebelum perang pecah.

Secara struktur, RSF bukan bagian dari militer reguler Sudan (SAF), meski sempat berada di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan. Pasukan ini dilengkapi kendaraan lapis baja, artileri berat, dan sistem komunikasi modern. Jumlah personelnya diperkirakan mencapai 70.000–100.000 orang, dengan jaringan logistik dan pendanaan yang kuat, termasuk dari perdagangan emas dan dukungan eksternal.

Pertempuran antara RSF dan SAF (Sudanese Armed Forces) kini menghancurkan sebagian besar Sudan, terutama di Khartoum dan Darfur. RSF menguasai wilayah luas di barat dan sebagian ibu kota, dengan laporan pelanggaran HAM berat terhadap warga sipil.

Secara geopolitik, RSF juga dikaitkan dengan hubungan luar negeri yang kompleks: mereka diduga memiliki jalur dukungan dari kelompok dan negara di Timur Tengah — termasuk dugaan kerja sama logistik dengan Uni Emirat Arab dan kontak tak langsung dengan Rusia melalui jaringan Wagner Group. ***