Inpres Jalan Daerah: Menghubungkan dan Menyalakan
ORBITINDONESIA.COM - Di pelosok Nusantara, jalan bukan sekadar bentangan aspal. Ia adalah nadi kehidupan — yang menghubungkan ladang ke pasar, rumah ke sekolah, dan desa ke harapan. Di ujung jalan yang tak lagi berlumpur, anak-anak berangkat sekolah dengan sepeda, ambulans bisa mencapai rumah warga tanpa menunggu cuaca cerah, dan hasil panen tak lagi busuk di tengah perjalanan. Di situlah, arti pembangunan dari bawah menemukan nyawanya.
Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2025 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah untuk Mendukung Swasembada Pangan dan Energi, pemerintah menegaskan arah baru pembangunan: memperkuat konektivitas lokal demi kemandirian pangan dan energi nasional.
Program Inpres Jalan Daerah (IJD) bukan semata proyek infrastruktur, melainkan strategi menyeluruh untuk membuka keterisolasian, menyalakan kembali ekonomi daerah, dan menegakkan keadilan ruang di seluruh penjuru negeri.
Jalan sebagai Penyalur Kehidupan
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menegaskan pentingnya peran jalan daerah dalam meningkatkan daya saing nasional. Mengutip perkataan Pak Menteri, “Ketersediaan jalan yang baik adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Dengan percepatan peningkatan jalan daerah, potensi pangan dan energi akan berkembang optimal dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat”.
Melalui Inpres ini, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran Rp8,98 triliun untuk periode 2025–2026, mencakup 427 kegiatan di berbagai provinsi. Dari total tersebut, Rp3,98 triliun diperuntukkan bagi Tahap I dengan potensi serapan tenaga kerja lebih dari 14 ribu orang. Tahap II mencakup 193 kegiatan senilai Rp3,12 triliun, sementara Rp1,88 triliun dialokasikan untuk proyek kontrak tahun jamak (MYC) pada 2026.
Namun di balik angka-angka itu, IJD adalah kisah tentang keterhubungan manusia. Tentang jalan-jalan yang kini membuka kesempatan baru bagi petani, nelayan, pedagang kecil, dan anak-anak sekolah di desa yang dulu jauh dari akses.
Dari Desa untuk Swasembada
Sebagian besar program IJD diarahkan untuk mendukung swasembada pangan dan energi nasional — dua pilar kemandirian bangsa. Sebanyak 73,51% kegiatan berfokus pada peningkatan konektivitas kawasan produksi pangan, 1,26% untuk mendukung kawasan energi, sementara sisanya diarahkan pada penguatan konektivitas antarwilayah, pariwisata, industri, dan transmigrasi.
Di satu sisi, infrastruktur jalan memang memperlancar logistik nasional. Tapi di sisi lain, ia juga mengubah cara hidup masyarakat desa. Di Sulawesi Tengah, misalnya, petani jagung kini bisa menjual hasil panen langsung ke gudang penampung tanpa menunggu truk lintas kabupaten. Di Nusa Tenggara Timur, warga bisa mengangkut hasil perikanan lebih cepat sebelum terik merusak kualitas tangkapan. Di tempat lain, jalan baru memotong waktu perjalanan anak sekolah hingga separuhnya. Jalan-jalan itu bukan hanya menghubungkan titik di peta — tapi menyalakan kehidupan di antara keduanya.
Membangun dengan Empati
Pelaksanaan Inpres Jalan Daerah dilakukan oleh Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN/BPJN) di setiap provinsi, dengan dukungan konsultan supervisi untuk memastikan mutu pekerjaan. Pemerintah daerah berperan aktif dalam proses perencanaan melalui Sistem Informasi Tata Kelola Infrastruktur Jalan Daerah (SITIA), melengkapi dokumen teknis seperti desain, studi kelayakan, dan dokumen lingkungan.
Pendekatan ini melahirkan sinergi baru antara pemerintah pusat dan daerah. Bukan sekadar hubungan administratif, tapi kolaborasi empatik: pusat menyediakan sumber daya, daerah memahami kebutuhan warganya. Setiap kilometer jalan yang dibangun menjadi hasil gotong royong kebijakan — antara visi nasional dan kebutuhan lokal.
Menyalakan Harapan, Menyatukan Negeri
Total panjang jalan yang ditangani pada dua tahap IJD mencapai 1.576 kilometer, dengan pembangunan jembatan sepanjang 458 meter. Meski angka itu terdengar teknis, maknanya sangat manusiawi. Satu kilometer jalan bisa berarti satu desa yang keluar dari keterpencilan. Satu jembatan bisa berarti satu kehidupan yang terselamatkan saat banjir datang.
IJD membuktikan bahwa infrastruktur bukan hanya milik kota besar. Ia milik seluruh warga yang membutuhkan akses untuk hidup lebih baik. Dan di sinilah, negara hadir bukan sekadar dengan beton dan aspal, melainkan dengan rasa keadilan dan empati sosial.
Jalan yang Menyala dari Bawah
Pembangunan tidak selalu berbunyi gemuruh mesin atau hiruk-pikuk kota. Kadang, ia terdengar dalam suara roda sepeda motor yang melintas di jalan baru, atau tawa anak-anak yang tak lagi takut hujan karena sekolah kini bisa dicapai kapan pun. Itulah makna terdalam dari Inpres Jalan Daerah (IJD) — sebuah kebijakan yang tidak hanya menghubungkan wilayah, tapi menyalakan kehidupan. Bahwa pembangunan sejati bukanlah tentang seberapa cepat kita membangun, tapi seberapa jauh kita menjangkau mereka yang sebelumnya tertinggal.