Buku Puisi Sinematik: Refleksi Pemikiran Salman Aristo
ORBITINDONESIA.COM – Buku terbaru Salman Aristo, Film Bisa Dieja, membawa pembaca ke persimpangan unik antara puisi dan sinema, menawarkan refleksi puitis yang menggugah pemikiran.
Salman Aristo dikenal luas sebagai penulis skenario berbakat, namun kali ini ia mengolah pengalaman sinematiknya ke dalam bentuk puisi. Buku ini tidak hanya menawarkan kumpulan puisi, tetapi juga refleksi mendalam tentang proses kreatif dan makna di balik layar perak.
Puisinya digambarkan sebagai puisi sinematik, memadukan teknik visual sinema dengan lirik puitis. Ia menggunakan konsep ekphrasis interpretatif, merujuk pada karya James Heffernan, untuk menawarkan tafsir dan komentar sosial melalui puisi. Aristo menangkap nuansa film dan mengartikulasikannya dalam bentuk puisi yang memicu imajinasi dan refleksi.
Aristo tidak sekadar menggambarkan adegan film. Ia lebih tertarik menangkap esensi dan atmosfer yang dihadirkan film. Melalui puisi seperti Petarung dan Mekanika Kenyataan, ia tidak hanya menginterpretasikan film tetapi juga menawarkan pandangan sosial yang kuat. Ini menjadikan karyanya relevan dan memikat bagi pembaca yang mencari kedalaman dalam puisi.
Buku Film Bisa Dieja adalah lebih dari sekadar kumpulan puisi; ini adalah jendela ke dalam pikiran kreatif seorang penulis skenario. Dengan menggabungkan sinema dan puisi, Aristo mengajak kita merenungkan kembali cara kita melihat dunia. Apakah kita cukup peka menangkap emosi dan cerita yang melintas di hadapan kita setiap hari?
(Orbit dari berbagai sumber, 21 Oktober 2025)