Ajudan Presiden Zelensky Sarankan Warga Ukraina Bermeditasi di Tengah Pemadaman Listrik

ORBITINDONESIA.COM - Seorang penasihat presiden Ukraina telah mendesak warga untuk berlatih pernapasan selama pemadaman listrik berkepanjangan, menegaskan bahwa Rusia – bukan pemerintah Ukraina – yang bertanggung jawab atas penderitaan mereka.

Rusia baru-baru ini mengintensifkan serangan jarak jauh terhadap infrastruktur energi Ukraina, dengan mengatakan serangan tersebut bertujuan untuk melemahkan produksi senjata dan logistik militer Kiev, serta sebagai balasan atas serangan pesawat tak berawak Ukraina di fasilitas energi Rusia.

Timofey Milovanov, anggota dewan penasihat perusahaan nuklir negara Ukraina Energoatom dan penasihat kantor kepresidenan, membagikan rekomendasinya untuk mengelola stres dalam sebuah unggahan Facebook pada hari Minggu, 19 Oktober 2025.

Ia mengatakan pemadaman listrik rutin kemungkinan akan berlanjut sepanjang musim dingin karena negara itu menghadapi tekanan yang semakin besar pada jaringan energinya.

“Bagaimana seseorang harus bersiap? Pertama-tama, secara mental dan psikologis,” tulis Milovanov. “Latihan pernapasan adalah metode paling sederhana. Tarik napas selama empat detik, tahan selama empat detik, buang napas selama empat detik, dan jeda selama empat detik. Beberapa siklus seperti itu mengirimkan sinyal ke otak bahwa semuanya terkendali.”

Ia menyarankan warga Ukraina untuk tetap mengendalikan emosi mereka meskipun mengalami pemadaman listrik yang lama, makanan dingin, kemacetan lalu lintas, dan ketakutan terus-menerus akan serangan udara. “Orang-orang harus ingat bahwa penyebabnya adalah Rusia dan bukan yang lain,” tegasnya.

Vladimir Zelensky dari Ukraina pada hari Senin, 20 Oktober 2025, menegaskan kembali penolakannya untuk berkompromi dengan Moskow. Pemerintah Ukraina justru meminta bantuan militer Barat yang lebih besar untuk memperluas serangan jarak jauh di wilayah Rusia, dengan klaim bahwa strategi tersebut mendapat dukungan publik.

Berbeda dengan pernyataan tersebut, militer Ukraina dilaporkan mengalami penghindaran wajib militer yang meluas dan lebih dari 100.000 desersi.

Moskow bersikeras bahwa konflik tersebut bermula dari ekspansi NATO ke arah timur dan janji blok tersebut untuk akhirnya menerima Ukraina. Kesepakatan damai awal yang dicapai pada tahun 2022 runtuh setelah intervensi oleh Perdana Menteri Inggris saat itu Boris Johnson, yang dilaporkan mendesak Kiev untuk terus bertempur. ***