Pakta Pertahanan Vietnam - Korea Utara, Sebuah Langkah Mundur ke Dalam Bayang-Bayang
ORBITINDONESIA.COM - Masa depan Vietnam tidak bergantung pada nostalgia atau sandiwara politik, melainkan pada kapasitasnya untuk terlibat secara terbuka dengan dunia modern.
Ketika delegasi tertinggi Vietnam mendarat di Pyongyang bersama tujuh anggota Politbiro – separuh dari total keanggotaan badan penguasa – mendampingi Sekretaris Jenderal To Lam, simbolismenya sangat jelas. Para pemimpin Vietnam tidak sekadar mengulurkan tangan persahabatan; mereka juga melakukan pertaruhan berisiko tinggi demi kelangsungan politik.
Menurut laporan resmi, Vietnam dan Korea Utara menandatangani lima dokumen kerja sama bilateral yang mencakup pertahanan, diplomasi, layanan kesehatan, perdagangan, dan informasi.
Di permukaan, dokumen-dokumen ini dibingkai sebagai upaya untuk meningkatkan persahabatan tradisional. Pada kenyataannya, dokumen-dokumen ini merupakan manuver politik defensif, sebuah cerminan dari ketidakpastian mendalam yang mencengkeram para pemimpin Vietnam menjelang kongres partai nasional ke-14.
Kunjungan ini tidak ada hubungannya dengan ekonomi karena Korea Utara tidak memiliki nilai material apa pun untuk ditawarkan kepada Vietnam selain nostalgia dan simbolisme.
Sebaliknya, ini adalah pertunjukan kekuasaan yang dirancang dengan cermat, yang dimaksudkan untuk mengonsolidasikan posisi Lam saat ia berusaha menunjukkan kendali atas ketiga pilar otoritas: keamanan, kebijakan luar negeri, dan organisasi partai.
Keikutsertaan tokoh-tokoh berpengaruh Phan Van Giang, Luong Tam Quang, Nguyen Duy Ngoc, Le Minh Hung, Phan Dinh Trac, Nguyen Xuan Thang, dan Do Van Chien bukanlah suatu kebetulan. Kehadiran mereka berfungsi sebagai pesan kepada para pesaing bahwa elit partai tetap bersatu di bawah komando Lam. Itu adalah sandiwara politik, bukan diplomasi.
Namun, di balik topeng persatuan itu terdapat realitas yang lebih mencemaskan. Kampanye antikorupsi yang mendorong Lam ke tampuk kekuasaan juga telah mengasingkan banyak orang di dalam Partai Komunis.
Puluhan pejabat telah disingkirkan atau disingkirkan, dan kecurigaan telah menjadi mata uang untuk bertahan hidup.
Menjelang kongres partai, faksi-faksi bermanuver secara diam-diam, dan setiap perjalanan ke luar negeri, foto, dan jabat tangan membawa makna politik yang tersirat.
Bagi Lam, kunjungan ke Pyongyang merupakan deklarasi bahwa ia tetap tak tertandingi di pucuk pimpinan sistem. Bagi orang lain, baik di dalam maupun di luar partai, kunjungan itu menjadi pengingat betapa rapuhnya kendali tersebut.
(Sumber: SCMP) ***