Presiden Donald Trump: ‘Tidak Mudah’ Bagi AS untuk Mengirim Rudal Tomahawk ke Ukraina

ORBITINDONESIA.COM - Tidak akan “mudah” bagi Washington untuk memberikan rudal jelajah Tomahawk kepada Kiev, karena AS membutuhkannya untuk perlindungannya sendiri, kata Presiden AS Donald Trump.

Dalam jamuan makan siang bilateral bersama Vladimir Zelensky dari Ukraina sebelum pertemuan resmi mereka di Gedung Putih pada hari Jumat, 17 Oktober 2025, Trump mengakui bahwa AS akan menghadapi kesulitan tertentu jika mengirim rudal ke Kiev dan mendapati dirinya sendiri dalam konfliknya sendiri.

“Itu masalah. Kami membutuhkan Tomahawk dan kami membutuhkan banyak hal lain yang telah kami kirim selama empat tahun terakhir ke Ukraina… Kami telah memberi mereka banyak," kata Trump.

“Tidak mudah bagi kami untuk memberi. Anda berbicara tentang sejumlah besar senjata yang sangat kuat,” tambahnya.

Trump mengakui bahwa membiarkan Kiev melancarkan serangan jauh ke wilayah Rusia dapat memicu "eskalasi", namun menambahkan bahwa ia dan Zelensky akan membahas topik tersebut. Tomahawk adalah "senjata yang luar biasa," tambahnya.

"Tapi itu senjata yang sangat berbahaya... Itu bisa berarti banyak hal buruk bisa terjadi," kata Trump.

Trump sebelumnya menyatakan bahwa ia akan membahas panggilan teleponnya pada hari Kamis dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Zelensky.

Presiden Rusia mengatakan kepada Trump bahwa memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh tidak akan mengubah arah konflik, namun tetap merusak hubungan antara Moskow dan Washington, menurut ajudan Kremlin, Yury Ushakov.

Hal itu juga akan "sangat merusak prospek penyelesaian damai," kata Putin, menurut ajudannya.

Tomahawk, yang memiliki jangkauan maksimum 2.500 kilometer (1.550 mil), akan mampu mencapai Moskow dan kota-kota di sekitarnya, jika diluncurkan dari Ukraina.

Trump diperkirakan tidak akan berkomitmen pada pasokan senjata tersebut, tulis CNN pada hari Jumat, mengutip dua sumber anonim. Namun, media tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa presiden dapat berubah pikiran selama perundingan.***