Survei Indostrategi Setahun Kabinet Merah Putih Prabowo: Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis Dapat Skor Tertinggi
ORBITINDONESIA.COM - Hasil survei yang dilakukan lembaga riset IndoStrategi atas Kinerja Satu Tahun Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran mengungkapkan, program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) mendapatkan skor yang paling tinggi.
Survei tersebut dilakukan kepada 424 narasumber dari seluruh daerah di Indonesia untuk menilai kinerja berbagai program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran. Adapun program PKG mendapatkan skor sebesar 3,42 poin.
"Pemeriksaan Kesehatan Gratis mendapatkan skor 3,42 atau sedang menuju baik," kata Direktur Riset IndoStrategi Ali Noer Zamzam saat konferensi pers di Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2025.
Dia menilai, hal itu menunjukkan bahwa publik mengapresiasi program pengecekan kesehatan yang memang dibutuhkan masyarakat dan bisa menjadi dasar perbaikan data kesehatan nasional.
"Dalam hal ini, pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi yang menjangkau seluruh wilayah, termasuk daerah miskin dan terpencil," kata dia.
Setelah itu, program Sekolah Rakyat dan Sekolah Unggul Garuda menduduki peringkat kedua dan ketiga atas survei program unggulan. Dua program itu masing-masing mendapatkan skor 3,13 dan 3,00.
Artinya, kata dia, publik memberi apresiasi atas inisiatif pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Di sisi lain, karena masih berada di tahap awal, publik menantikan langkah-langkah lanjutan untuk memperkokoh kelembagaan sekolah tersebut dan peningkatan kualitas insan pelaksananya.
Kemudian program-program unggulan lainnya, yakni Lumbung Pangan Nasional (Food Estate) mendapat skor 2,94 poin, program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdeskel) mendapat skor 2,77 poin, dan program 3 Juta Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mendapatkan skor 2,69 poin.
Adapun program unggulan yang mendapatkan peringkat terendah berdasarkan survei, yakni program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan skor 2,68 poin.
Menurut dia, program MBG mendapatkan skor paling rendah kemungkinan dipengaruhi oleh masifnya pemberitaan keracunan makanan di beberapa sekolah, dan upaya membandingkan program MBG di Indonesia dengan program makan bergizi di negara-negara maju.
Yang perlu diingat, menurut dia, program MBG pada dasarnya merupakan program yang baik untuk meningkatkan kualitas gizi makanan bagi anak Indonesia dan sangat membantu untuk keluarga miskin dan tidak mampu.
Namun rendahnya skor yang didapat untuk MBG, menurut dia, karena tata kelola penyelenggaraan program yang masih belum baik.
"Dalam kasus di Indonesia, yang perlu dilakukan adalah perbaikan tata kelola seperti melibatkan peran aktif sekolah dalam mempersiapkan makanan dan kontribusi masyarakat untuk mengurangi beban berat anggaran yang harus ditanggung oleh APBN," kata dia.***