Purbaya Yudhi Sadewa – Sang Ekonom Matematis yang Kini Jadi Menteri.
Oleh Peter F Gontha*
ORBITINDONESIA.COM - Di antara ribuan mahasiswa yang pernah menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB), hanya segelintir yang meninggalkan jejak intelektual begitu dalam hingga disebut sebagai “the real genius.” Salah satunya adalah Purbaya Yudhi Sadewa.
Sejak masa kuliah, Purbaya dikenal bukan sebagai sosok ramai di organisasi atau penggiat politik kampus. Ia lebih sering tenggelam dalam dunia angka, persamaan diferensial, dan model-model matematis yang rumit. Teman-temannya menjulukinya nerdy, tapi di balik itu ada pengakuan tulus: ia seorang jenius sejati. Dan di ITB, ada budaya tak tertulis—bila seseorang benar-benar jenius, maka sedikit arogansi dianggap sah. Sebab mereka bermain di liga yang berbeda.
Ketika banyak ekonom Indonesia menempuh jalur aman—menulis disertasi berbasis data empiris dalam negeri, menguji teori dengan model konvensional yang sudah tersedia—Purbaya memilih jalan sebaliknya.
Disertasinya di luar negeri bukan sekadar menempelkan data ke model orang lain. Ia membangun model matematisnya sendiri, menurunkan persamaan demi persamaan, mengisi setiap appendix dengan pembuktian matematik murni. Bukan satu negara, tapi berbagai case study lintas dunia ia gunakan untuk menunjukkan: modelnya universal, bukan sekadar lokal.
Gaya berpikir ini membuatnya berbeda. Ia bukan hanya seorang ekonom, tapi seorang mathematical economist, ilmuwan yang melihat kebijakan ekonomi bukan sebagai wacana politik, melainkan sistem rumus yang bisa dijabarkan, diuji, dan dibuktikan.
Kini, setelah perjalanan panjang sebagai akademisi, peneliti, dan teknokrat, Purbaya Yudha Sadewa diangkat menjadi Menteri. Ini bukan sekadar rotasi birokrasi. Ini adalah momen ketika seorang pemikir “nerdy” yang dahulu hanya bermain dengan derivasi dan persamaan kini dihadapkan pada tantangan nyata: bagaimana menerjemahkan logika matematis ke dalam keputusan politik dan kebijakan publik.
Bagi banyak orang, ini mengejutkan. Sosok yang dulu lebih banyak diam, larut dalam dunia hitam di atas putih, kini menjadi tokoh publik. Namun bagi yang mengenalnya sejak lama, ini adalah kelanjutan logis: negara akhirnya memberi tempat pada seorang jenius, bukan hanya seorang teknokrat biasa.
Jika banyak ekonom lahir dari data, maka Purbaya lahir dari formula. Jika banyak kebijakan dirumuskan dengan kompromi, ia akan melihatnya dengan logika murni: apa yang benar, apa yang salah, apa yang optimal. Dan kini, sejarah menanti—apakah jenius matematis dari ITB, de fan deserts DICTOR di PURDUE ini mampu mengubah kalkulasi di atas kertas menjadi solusi bagi 270 juta rakyat Indonesia?
*Peter F Gontha adalah seorang pengusaha. ***