Macron dan Krisis Politik Prancis: Jalan Terjal di Depan
ORBITINDONESIA.COM – Setelah delapan tahun menjabat, posisi Emmanuel Macron sebagai presiden semakin tertekan di tengah eskalasi krisis politik di Prancis.
Emmanuel Macron, yang dulu menganggap dirinya sebagai maître des horloges - penguasa waktu, kini menghadapi tantangan berat. Dalam setahun terakhir, pilihan perdana menterinya telah mengundurkan diri untuk ketiga kalinya, dan jajak pendapat menunjukkan hampir tiga perempat pemilih berpikir presiden harus mundur.
Krisis politik ini berawal dari keputusan Macron untuk mengadakan pemilihan parlemen mendadak pada Juni 2024. Hasilnya adalah parlemen yang terpecah di mana mitra sentris Macron kehilangan mayoritas dan harus mencari aliansi dengan partai lain. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah mengatasi utang nasional Prancis yang mencapai €3,4 triliun, hampir 114% dari PDB.
Para pemimpin dari sayap kanan keras dan kiri radikal menuntut Macron mundur. Marine Le Pen dan Jean-Luc Mélenchon adalah suara vokal dalam krisis ini. Sedangkan sekutu lama Macron, Édouard Philippe, menyarankan agar presiden menunjuk perdana menteri teknokrat dan mengadakan pemilihan presiden secara tertib.
Macron menghadapi pilihan sulit dalam sisa masa jabatannya. Apakah waktu telah habis untuk sang maître des horloges? Dengan tekanan yang meningkat, masa depan politik Prancis tampak semakin tidak pasti.
(Orbit dari berbagai sumber, 9 Oktober 2025)