Fenomena 'Self-Care': Antara Autentisitas dan Tuntutan Sosial

ORBITINDONESIA.COM – Dalam era digital, rutinitas pagi yang sederhana bisa menjadi tekanan sosial baru.

Di media sosial, pengaruh 'self-care' seringkali berubah menjadi standar perfeksionis yang tak realistis. Influencer seperti Ashton Hall mempopulerkan rutinitas panjang yang menggambarkan kesejahteraan sempurna, namun berisiko menekan pengikut untuk meniru tanpa memerhatikan kebutuhan pribadi.

Dengan industri self-care yang mencapai nilai $6.3triliun, penekanan pada rutinitas yang tampak sempurna terus meningkat. Hashtag seperti #selfcare dan #selfimprovement mendominasi media sosial, memicu budaya produktivitas toksik yang memaksa banyak orang merasa tidak cukup baik jika tidak mengikuti tren.

Perubahan cara pandang terhadap self-care ini berpotensi merusak. Alih-alih menjadi hiburan, rutinitas ini berubah menjadi pencapaian baru yang harus dipenuhi. Kita perlu mengingat bahwa self-care sejati adalah tentang mendengarkan kebutuhan diri, bukan mengikuti standar eksternal.

Mungkin tindakan self-care paling radikal adalah menerima bahwa kita sudah cukup sebagaimana adanya. Kita tidak perlu bangun jam 5 pagi atau mengikuti setiap tren untuk merawat diri. Fokus pada kebutuhan dasar seperti tidur, nutrisi, dan koneksi sosial adalah kunci untuk kesejahteraan sejati.

(Orbit dari berbagai sumber, 26 Agustus 2025)