Fenomena Hustle Culture di Kalangan Milenial Indonesia

ORBITINDONESIA.COM – Indonesia memetik bonus demografi dengan dominasi generasi milenial produktif, namun terjebak dalam fenomena hustle culture yang mengancam keseimbangan hidup.

Bonus demografi Indonesia di tahun 2020 menempatkan 70,72% penduduk dalam usia produktif. Generasi milenial, yang menguasai 25,87% dari populasi, dikenal adaptif dan ambisius, tetapi rentan terhadap hustle culture. Fenomena ini menggambarkan gaya hidup bekerja berlebihan demi kesuksesan, sering kali mengabaikan istirahat dan kesejahteraan pribadi.

Hustle culture diidentifikasi sebagai workaholism oleh Wayne Oates pada 1971. Terpicu oleh kepribadian perfeksionis dan tekanan sosial, fenomena ini semakin diperburuk oleh media sosial yang menampilkan kisah sukses tokoh-tokoh muda. Data menunjukkan bahwa Jepang, dengan budaya karoshi, memiliki jam kerja rata-rata tertinggi di negara maju, sementara negara berkembang seperti Thailand juga menunjukkan tren jam kerja panjang.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan produktivitas dan kualitas hidup. Ahmadi dan Asl (2013) menemukan korelasi positif antara workaholism dan produktivitas, tetapi faktor lain seperti kualitas pekerjaan juga signifikan. Di Indonesia, meski jam kerja menurun selama pandemi, turnover rate tinggi di kalangan milenial menunjukkan ketidakpuasan dan stres akibat lingkungan kerja yang menekan.

Masa depan perekonomian Indonesia bergantung pada kesejahteraan generasi produktifnya. Pemerintah dan perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan hidup. Kesadaran individu untuk mengenali batas diri dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kunci untuk mengatasi budaya gila kerja ini.

(Orbit dari berbagai sumber, 21 Agustus 2025)