DECEMBER 9, 2022
Kolom

Supriyanto Martosuwito: Karena Kita Suka Drama Bukan Fakta

image
Ilustrasi - Para jurnalis sedang bertugas (Foto: ANTARA)

Oleh Supriyanto Martosuwito*

ORBITINDONESIA.COM - Dunia jurnalisme, pada hari ini, membuktikan bahwa data bukan lagi raja. Judul bombastis dan narasi penuh emosi jauh lebih efektif ketimbang info keberhasilan panen dan swasembada beras.

Pernahkah Anda melihat berita viral dengan isi mendalam dan berbasis data? Jarang. Yang viral justru video pembenci mengaku peneliti, ocehan bujang lapuk pemuja filsafat, pakar tata negara yang lagi nganggur, yang teriak rusaknya demokrasi, rubuhnya konstitusi, dan moral bangsa atau celoteh dan rakyat korban konspirasi.

Baca Juga: AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

Kebenaran butuh kesabaran? Ya. Sementara kebencian bisa Anda konsumsi sambil menunggu soto ayam atau bakaran sate terhidang.

Maka dari itu, sebagai jurnalis, kami menghadapi tantangan: Bagaimana menyampaikan kebenaran dalam dunia yang lebih menyukai emosi ketimbang isi

Di era digital yang katanya tercerahkan oleh informasi dan data, kebanyakan dari kita ternyata lebih gampang percaya pada status penuh kebencian, ketimbang laporan panjang yang menjelaskan kebenaran secara faktual.

Baca Juga: Perkara yang Jerat Direktur Pemberitaan JAKTV Nonaktif Tian Bahtiar Jadi Tersangka tidak Berkait Produk Jurnalistik

Kenapa bisa begitu? Jawabannya sederhana: karena narasi kebencian itu lebih sexy. Sementara fakta? Kaku, dingin, njelimet, dan yang paling parah: seringkali membosankan.

Sedangkan membenci itu sungguh memuaskan. Narasi kebencian memberi Anda pelampiasan yang cepat dan memuaskan, ketimbang paparan data fakta yang rumit.

Anda menganggur? Salahkan saja kaum pendatang - salahkan banjirnya investor China. Harga kebutuhan pokok naik? Salahkan negara dan konglomerat. Pejabat korup? Salahkan presiden, KPK, Polri dan Kejaksaan. Lalu semua selesai.

Baca Juga: Oditurat Militer Banjarmasin: Oknum TNI AL Jalin Dua Hubungan Asmara Sebelum Bunuh Jurnalis Juwita

Anda tidak perlu membaca 30 halaman laporan Bank Dunia atau riset BPS. Cukup baca satu meme yang bilang: “Negara kita dijual ke asing!” dan setelah itu tidur nyenyak, karena sudah paham dan merasa benar.

Halaman:

Berita Terkait