Esai Haji: Saudi dan Sunyi yang Panjang Bagi Perempuan
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 16 Juni 2025 01:24 WIB

Dalam beberapa kasus, poligami menciptakan luka rumah tangga yang dalam. Ada keluarga di Riyadh, misalnya, yang terdiri dari empat istri dan suami mereka yang tinggal dalam satu rumah empat lantai. Masing-masing istri menghuni satu lantai.
Alih-alih menghadirkan keadilan dan kebersamaan, rumah itu menjadi arena sunyi penderitaan, di mana setiap perempuan merasa terasing, bersaing, dan terus hidup dalam ketegangan emosional. Poligami dalam praktik seperti ini tak jarang melahirkan cemburu, depresi, bahkan konflik antaranak. Rumah besar, tapi jiwa-jiwa di dalamnya saling jauh.
Gerakan Sunyi yang Melawan
Baca Juga: Elza Peldi Taher: 60 Tahun Denny JA, Catatan Seorang Sahabat
Berbeda dari feminisme di Barat, gerakan perempuan di Saudi tidak terbentuk sebagai organisasi besar yang sah dan legal. Tapi sejak awal 2000-an, terutama melalui internet dan media sosial, lahir gerakan sosial virtual: petisi, kampanye daring, video, hingga aksi simbolik.
Apa yang mereka perjuangkan?
• Penghapusan sistem perwalian laki-laki (wilayah),
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
• Hak mengemudi (berhasil pada 2018),
• Hak atas perlindungan dari KDRT,
• Kesetaraan dalam hukum keluarga,
• Akses kerja dan pendidikan tanpa diskriminasi.