DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

China Sebut Penerapan Tarif Tinggi oleh Uni Eropa untuk Kendaraan Listriknya adalah Proteksionisme Murni

image
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

ORBITINDONESIA.COM - Pemerintah China menyebut penerapan tarif tinggi oleh Uni Eropa (EU) untuk kendaraan listrik asal Tiongkok merupakan bentuk proteksionisme murni.

"Penyelidikan antisubsidi EU dan penerapan tarif tinggi untuk kendaraan listrik China yang sebenarnya tidak dituntut oleh industri (di Uni Eropa) adalah proteksionisme murni yang merugikan kerja sama industri dan rantai pasokan China-EU, konsumen Eropa, transisi hijau di Eropa serta respons atas perubahan iklim global," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian di Beijing, Rabu, 30 Oktober 2024.

Uni Eropa pada Selasa, 29 Oktober 2024 malam mengumumkan penetapan tarif untuk kendaraan listrik dari China hingga 45,3 persen. Tarif itu berlaku sejak Rabu kemarin untuk waktu lima tahun.

Baca Juga: Menhub Budi Karya Sumadi: IKN Akan Jadi Kota Pionir Transportasi Cerdas Terkait Kendaraan Listrik

Komisi Eropa menetapkan tarif tambahan yang berbeda-beda mulai dari 7,8 persen untuk Tesla yang merupakan perusahaan asing tapi dibuat di China, produsen besar China dikenai tarif tambahan sebesar 18,85 persen hingga 35,3 persen untuk mobil dari SAIC Motor Corp perusahaan otomotif milik pemerintah Tiongkok. Bea tersebut di luar bea masuk mobil standar EU sebesar 10 persen.

Keputusan ini dibuat setelah lebih dari setahun meluncurkan penyelidikan anti-subsidi dilakukan dengan hasil "banyak aspek yang tidak masuk akal dan tidak sesuai" dan mencerminkan praktik proteksionis yang merugikan pasar global.

"Dialog dan kerja sama adalah ciri dasar hubungan China-EU, dan kerja sama perdagangan dan ekonomi China-EU pada dasarnya saling menguntungkan. Gesekan perdagangan harus ditangani dengan baik melalui dialog dan konsultasi berdasarkan rasa saling menghormati kepentingan China dan EU, dan apa yang diharapkan oleh komunitas bisnis maupun masyarakat luas," ungkap Lin Jian.

Baca Juga: Ini Spek Kendaraan Listrik Zeekr X dan Zeekr 009 dari China yang Bakal Mengaspal di Indonesia

Lin Jian meminta agar EU dapat melanjutkan konsultasi dengan China, bekerja secara konstruktif dan menunjukkan ketulusan dan fleksibilitas untuk menemukan solusi dan menghindari meningkatnya ketegangan perdagangan.

"Kami mendesak EU untuk melanjutkan konsultasi dengan China, bekerja secara konstruktif dan menunjukkan ketulusan dan fleksibilitas untuk menemukan solusi dan menghindari meningkatnya ketegangan perdagangan," tambah Lin Jian.

Komisi Eropa yang bertugas untuk mengawasi kebijakan perdagangan EU, mengatakan tarif diperlukan untuk melawan apa yang disebut sebagai subsidi yang tidak adil termasuk pembiayaan dan hibah istimewa serta tanah, baterai, dan bahan baku dengan harga di bawah harga pasar dari pemerintah China.

Baca Juga: Menhub Budi Karya Sumadi Berharap Kendaraan Listrik untuk Angkutan Umum Meningkat Guna Tekan Polusi Udara

Pangsa pasar kendaraan dari China di EU telah meningkat menjadi 8 persen dari tadinya di bawah 1 persen pada 2019 dan dapat diperkirakan mencapai 15 persen pada tahun 2025.

Harga kendaraan listrik asal China biasanya 20 persen di bawah harga buatan EU.

Beijing juga sudah meluncurkan penyelidikannya sendiri sejak tahun ini terhadap impor brendi, susu dan produk daging babi EU sebagai balasan yang jelas.

Baca Juga: Luhut Binsar Panjaitan: Indonesia Akan Buat Pusat Riset Baterai Kendaraan Listrik di Morowali, Sulawesi Tengah

Jerman, ekonomi terbesar Uni Eropa dan produsen mobil utama, menentang penetapan tarif tersebut, tapi dalam pemungutan suara terdapat 10 anggota EU mendukung kebijakan tarif tinggi itu, lima negara menentang dan 12 abstain.

Kementerian ekonomi Jerman mengatakan bahwa Berlin mendukung negosiasi EU yang sedang berlangsung dengan China dan berharap adanya penyelesaian diplomatik untuk meredakan ketegangan perdagangan sambil melindungi industri Uni Eropa.

Produsen mobil Jerman mengkritik keras tindakan EU karena mengetahui kemungkinan penerapan bea masuk impor oleh China yang lebih tinggi atas kendaraan berbahan bakar bensin bermesin besar akan sangat memukul mereka.

Baca Juga: Bob Azam: Mobil Hybrid dan Bioetanol Dapat Membantu Indonesia Turunkan Emisi Selain Kendaraan Listrik

Sedangkan asosiasi mobil PFA Prancis menyambut baik kebijakan bea masuk, dan menambahkan bahwa pihaknya mendukung perdagangan bebas selama itu adil.

Selain pasar Eropa, Amerika Serikat dan Kanada juga sudah menaikkan bea empat kali lipat menjadi 100 persen pada tahun ini atas kendaraan listrik buatan China karena menuduh pemerintah China memberikan subsidi besar ke industri kendaraan listrik di negara tersebut.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan pihaknya tidak menyetujui atau menerima putusan ini dan telah mengajukan keluhan melalui mekanisme penyelesaian sengketa WTO.***
 

Berita Terkait