Catatan Denny JA: Makna Hidup di Era Algoritma
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 16 Oktober 2024 13:50 WIB
Tulisan Seri dari Menghidupkan Sisi Spiritualitas Manusia (1)
ORBITINDONESIA.COM - “Kebenaran itu seperti cermin yang pecah di langit. Semua kita hanya memungut serpihan dari pecahan itu, lalu mengira itu keseluruhannya.”– Jalaluddin Rumi
Rumi menyampaikan bahwa kebenaran sejati adalah sesuatu yang luas, utuh, dan tak tersentuh oleh pemahaman manusia sepenuhnya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ibu, Kukirim Nyawaku Padamu, Sampaikah?
Seperti cermin yang pecah, setiap orang hanya mampu melihat secercah pantulan dari sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam.
Pesan ini mengingatkan kita bahwa apa pun pemahaman kita—dari perspektif personal hingga ilmiah—hanyalah sebagian kecil dari realitas yang lebih luas.
Di era algoritma, refleksi ini menjadi sangat relevan. Algoritma bekerja dengan menyusun serpihan data, menciptakan pola, dan menawarkan kenyamanan melalui prediksi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Negaraku Hilang, Kekasihku Sirna
Namun, dunia algoritmik juga membatasi pemahaman kita akan kehidupan yang multidimensi. Ia membentuk “kebenaran” kita berdasarkan data yang tersedia dan yang disukai. Lalu ia menahan kita dalam batas informasi yang telah disusun.
Ketika hidup kita dikendalikan pola-pola digital, kita bisa terjebak dalam ilusi kebenaran yang hanya sebagian kecil dari keseluruhan.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kincir Angin Tak Bisa Menahan Rinduku
Belanja gaya hidup wellness, termasuk kelas meditasi dan aplikasi seperti Calm, pada tahun 2024 telah mencapai angka 1,8 triliun USD. Itu sekitar 27 ribu triliun rupiah.