Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: AI Memengaruhi Tetapi Tidak Mengancam Profesi Penulis Keseluruhan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 12 September 2024 03:28 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memang memengaruhi berbagai profesi, termasuk penulis, namun tidak serta-merta mengancam profesi ini secara keseluruhan. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang menjadi penulis di era AI. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 12 September 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber Ndoro Kakung, praktisi media sosial. Diskusi itu akan dipandu Elza Peldi Taher dan Mila Muzakkar.
Baca Juga: 3 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Paus Fransiskus Tiba di Jakarta dan Spirit Keberagaman
Satrio Arismunandar mengungkapkan, AI sudah mampu menghasilkan konten sederhana, seperti laporan bisnis, berita olahraga, atau artikel dengan cepat. Ini bisa berdampak pada jenis pekerjaan penulis yang fokus pada konten-konten standar atau berulang.
Satrio mengakui, dengan adanya alat seperti AI, perusahaan bisa menggunakan teknologi untuk memproduksi konten skala besar tanpa mempekerjakan banyak penulis. Ini dapat mengurangi permintaan untuk jenis konten tertentu.
“Namun ada kekuatan penulis yang sulit digantikan AI,” ujar Satrio. “Karya fiksi, puisi, esai pribadi, dan tulisan yang memerlukan sentuhan emosional atau perspektif manusia yang mendalam, masih sangat bergantung pada kemampuan unik manusia.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Revolusi Kreativitas Bersama Artificial Intelligence (1)
“AI belum mampu menghasilkan kreativitas dan kedalaman emosional yang sama seperti penulis,” sambungnya.
“Penulis juga mencerminkan budaya, pengalaman, dan sudut pandang yang unik, yang sulit direplikasi oleh AI. Tulisan yang memiliki nilai budaya dan personal sangat sulit digantikan oleh mesin,” tutur Satrio.
Satrio menyatakan, “Yang terjadi sekarang adalah kolaborasi antara penulis dan AI. Banyak penulis menggunakan AI sebagai alat bantu untuk mempercepat proses brainstorming, pengeditan, atau penulisan draf awal. Namun, keputusan akhir tetap di tangan penulis manusia.”
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Ziarah ke Borobudur
“AI juga dapat membantu penulis menghemat waktu dengan otomatisasi tugas-tugas seperti perbaikan tata bahasa, menulis template dasar, atau menghasilkan ide-ide awal,” lanjutnya.
Satrio menyimpulkan, AI memang mengubah lanskap profesi penulisan, tetapi lebih sebagai alat bantu daripada ancaman besar.
“Penulis yang berfokus pada kreativitas, emosi, dan pemikiran kritis akan tetap relevan. Sementara penulis yang mengerjakan konten rutin mungkin perlu menyesuaikan diri dengan tren ini. Adaptasi dan pemanfaatan AI sebagai alat bisa menjadi cara untuk tetap kompetitif,” tegasnya.***