Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 04 September 2024 08:00 WIB
Selesai menghayal,
ia pun berjalan di lorong kereta, dada membusung.
Tapi di kereta itu,
hanya dilihatnya wajah-wajah lelah,
tak lagi memancarkan cahaya.
Orang-orang duduk terpaku,
di bangku-bangku sunyi,
mata terpejam, namun tak terlelap,
mencari damai tak kunjung datang.
Di kereta itu, dilihatnya
hanya mereka yang letih, bukan karena medan perjuangan,
tapi beban hidup menumpuk di pundak,
mimpi terhimpit oleh kenyataan,
asa yang tergerus oleh kesulitan.
Baca Juga: Puisi Rosadi Jamani: Tewas dalam Pembebasan
Ia terdiam. Di kereta, mengapa hanya ada wajah-wajah itu,
terlupakan oleh waktu,
gelisah oleh hidup tak pasti?
Wajah-wajah itu,
menyimpan cerita yang tak terucap,
tersembunyi di balik kerut dan kelam,
mereka berjuang, tapi tak lagi untuk bangsa,
tapi untuk bertahan,
hidup yang tak kenal ampun.
Di kereta,
tak ditemukannya sepasang mata bola, seperti yang dikisahkan lagu itu.***
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Tanah Airku dalam Lagu, Puisi, dan Lukisan
(Ditulis di kereta api, Jakarta menuju Jogjakarta, 4 September 2024)
CATATAN
(1) Lagu “Sepasang Mata Bola,” digubah Ismail Marzuki di tahun 1946 untuk hal lain. Tapi melalui waktu, lagu ini dikonsepsikan untuk ikut mengenang dipindahkannya ibu kota dari Jakarta ke Jogjakarta.
Baca Juga: Puisi dari Gunawan Trihantoro Tentang Lukisan Artificial Intelligence