Siti Nugraha Mauludiah: Indonesia Tegaskan Komitmen Kolaborasi Pembangunan Dengan Afrika
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 03 September 2024 17:01 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk bekerja sama dengan Afrika dalam pembangunan, selama rangkaian Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 di Badung, Bali, Selasa, 3 September 2024.
"Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa kerja sama pembangunan kami untuk Afrika memiliki keselarasan yang kuat dengan agenda pembangunan global serta agenda Afrika untuk Tahun 2063," Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI Siti Nugraha Mauludiah di Panel VI IAF ke-2 di Badung, Bali, Selasa.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan harapan Indonesia untuk dapat bekerja sama dalam pembangunan yang berkelanjutan dengan Afrika dengan landasan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dan negara-negara Afrika.
Baca Juga: WHO Umumkan Vaksin Mpox Sumbangan AS Tiba di Afrika, Nigeria Menjadi Negara Pertama Penerima Vaksin
"Saya ingin menekankan bahwa kesejahteraan bersama yaitu dengan mendorong pembangunan berkelanjutan, memperkuat kerja sama, serta memastikan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi bersama bagi Indonesia dan Afrika," katanya.
Dalam mendorong pembangunan tersebut, Siti juga menekankan pentingnya nilai-nilai prinsip yang akan dijunjung, antara lain saling menghormati, inklusivitas, kolaborasi, dan keberlanjutan.
Dan prinsip-prinsip tersebut, katanya, akan memastikan upaya kedua belah pihak untuk selaras dengan kepentingan dan prioritas bersama kedua kawasan.
"Berakar pada semangat Bandung, Indonesia berkomitmen untuk melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, bekerja sama dengan Afrika sebagai mitra yang setara," kata dia lebih lanjut.
Kemudian, Siti juga memastikan bahwa dukungan Indonesia terhadap pencapaian tersebut akan selaras dengan agenda Afrika 2063 melalui upaya-upaya yang strategis, bermakna, dan berdampak dan dikonsolidasikan di bawah Badan Pembangunan Internasional.
Sebagai mitra utama bagi Afrika, Indonesia berupaya untuk terus menjajaki peluang kerja sama pembangunan di sektor energi dan mineral, kesehatan, pertanian, pendidikan, pengembangan masyarakat, dan infrastruktur melalui diskusi yang komprehensif
Baca Juga: Delegasi Negara-negara Afrika Ikuti Pembukaan Forum Indonesia-Afrika 2024 di Badung Bali
Sektor-sektor tersebut, katanya, bukan dipilih oleh Indonesia, tetapi juga berdasarkan pada diskusi komprehensif Indonesia dengan negara mitra di Afrika.
Melalui upaya-upaya tersebut, ia percaya percaya bahwa praktik pembangunan itu akan memaksimalkan efektivitas keterlibatan Indonesia di Afrika.
Sementara itu, terkait tantangan yang dihadapi dalam upaya membangun kerja sama tersebut, Siti menyoroti perlunya kapasitas yang dibangun Indonesia sendiri.
Upaya pembangunan kapasitas tersebut dilakukan dengan mendirikan Kerja Sama Pembangunan Internasional Indonesia pada 2019, kerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), Bank Dunia, Islamic Development Bank (ISDB), dan mitra pembangunan lainnya.
IAF ke-2 digelar dari 1-3 September 2024 bersamaan dengan pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP).
Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang.
Baca Juga: Tanzania Desak Indonesia Tingkatkan Keterlibatan Dalam Upaya Industrialisasi Afrika
Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama dalam transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.
Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai antara lain perjanjian antara pemerintah atau G-to-G, kesepakatan bisnis G-to-B maupun B-to-B, dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,69 triliun).***