Anisah Rahmawati Memperkenalkan Kuliner Cita Rasa Indonesia di Beijing China
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 10 Agustus 2024 17:32 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Makanan saat ini lebih dari sekadar kebutuhan manusia untuk memberikan nutrisi kepada tubuh, tetapi juga sebagai aktivitas rekreasi sekaligus cerita pembawa pesan budaya.
Rasa sentimental juga tak jarang datang ketika mencecap tekstur suatu makanan, khususnya sajian yang pernah dirasakan tapi kemudian sedikit terlupakan karena tidak lagi berada di tempat masakan itu banyak ditemukan. Makanan menimbulkan rasa rindu.
Makanan juga bisa menjadi media diplomasi. Orang menyebutnya dengan istilah gastrodiplomasi, sarana pencampuran antara diplomasi budaya, diplomasi kuliner, dan nation branding untuk menjadikan budaya asing berwujud dan menyentuh.
Baca Juga: Wisata Kuliner di Lampung, Tidak Sah Jika Tak Coba Makanan Khas Berikut Ini!
Inilah yang dilakukan Anisah Rahmawati (38), WNI yang tinggal di Beijing bersama suaminya, Robin Wang, yang berkewarganegaraan China.
Kerinduan terhadap makanan Indonesia serta keinginan memperkenalkan budaya Indonesia melalui produk kuliner semenjak ia tinggal di Beijing pada sekitar tahun 2011 itulah yang membuat Anisah tergerak untuk menghadirkan sendiri rasa yang ia "kangeni" dan kemudian mewujudkan rasa tersebut dalam bentuk restoran Indonesia.
"Fokus saja memperkenalkan budaya Indonesia lewat makanan,” kata Anisah.
Baca Juga: Cara Kreatif Irwan Menyajikan Kuliner Empal Gentong Khas Cirebon
Awalnya, ia mendirikan restoran Indonesia karena di Beijing tidak ada makanan Indonesia, dan bumbu khas Indonesia juga tidak tersedia.
Makanan Indonesia bersaing dengan Thailand dan Vietnam yang sudah lebih terkenal dan tersedia di banyak restoran. Sedangkan restoran Indonesia baru ada dua.
Karena peminat dan pasar makanan Thailand lebih banyak, maka bahan baku makanan Thailand pun dapat lebih mudah masuk ke China, dan harga makanan juga dapat bersaing.
Baca Juga: Ketika Kuliner Kerak Telor Pertama Kali Tersaji di Prancis, Bikin Para Chef Kagum
Anisah sebelumnya pernah bekerja di bidang teknologi informasi (TI) di Singapura dan sempat mengikuti beberapa program diploma yang diadakan sejumlah koki terkenal karena ia memang gemar memasak dan sang ibu juga memiliki pengalaman usaha kuliner di Indonesia selama 20 tahun.
Karena keinginan untuk menghadirkan masakan cita rasa Indonesia, ia pun sering mengundang teman-temannya untuk makan masakan Indonesia di rumah.
Masakan-masakan Indonesia buatan Anisah pun mendapat pujian enak dari teman-temannya. Belakangan beberapa temannya juga meminta Anisah untuk memasak makanan untuk mereka.
“Akhirnya malah jadi suka ambil 'orderan' makanan Indonesia dari rumah, saat itu saya masih mengerjakan sendirian dari dapur di rumah, kadang ibu suka bantu tapi lama-lama kok 'orderan' jadi banyak ya dan dapur di rumah jadi tidak muat lagi untuk ambil pesanan," ungkap Anisah.
Rendang hingga nasi bakar
Perempuan asal Jakarta namun besar di Surabaya itu kemudian memutuskan untuk membuka rumah makan Indonesia di daerah Distrik Haidian (Tsinghua East Road) Beijing yang berdekatan dengan area kampus pada 2014.
Baca Juga: Kisah Jatuh Bangun Usilina Epa, Perempuan Penjaga Kuliner Papua
Restoran ini menyajikan menu utama berupa ayam kremes, rendang sapi, ayam geprek, dan sate, yang disajikan bergantian setiap hari. Menu lainnya adalah ayam bumbu rujak, nasi uduk, soto ayam, ikan garang asem, nasi bakar cumi, selain juga melayani pemesanan nasi tumpeng maupun kue seperti risoles.
Masakan-masakan tersebut disajikan dari resep keluarga Anisah dengan tetap menjaga kesesuaian rasa.
"Penyesuaian rasa dengan lidah saya saja. Ya kami sampaikan kalau sambal di sini tetap sambal pedas seperti di Indonesia, kalau 'customer' tidak suka pedas ya jangan memesan sambal," ungkap Anisah.
Restoran Anisah yang diberi nama Nom Nom itu pun mulai dikenal oleh banyak orang dari berbagai kalangan, mulai dari orang Indonesia --termasuk para pelajar Indonesia yang banyak tinggak di kawasan Haidian--, kalangan ekspaktriat dari Australia, Jerman maupun negara lain, dan tentu saja orang lokal China.
Anisah pun terjun langsung sebagai koki, termasuk membuat berbagai bumbu hingga garnis pelengkap seperti bawang goreng. Untuk mendapatkan bahan baku yang dapat menjaga cita rasa Indonesia, ia harus mendatangi pasar-pasar besar di Beijing untuk mendapatkan bumbu tersebut.
Bila tidak ada di pasar, Anisah pun harus memesan dari luar negeri seperti sejumlah daun-daunan untuk bumbu dari Thailand. Sedangkan untuk daging-dagingan baik sapi maupun ayam, ia mencari "supplier" yang memiliki sertifikat halal sehingga meski harga dagingnya sedikit lebih mahal namun bersih tapi tidak cepat basi bila disimpan secara tepat.
Baca Juga: Indonesia Pamerkan Pariwisata dan Kuliner di Festival Budaya Internasional di Nairobi Kenya
Pada akhir 2022 lokasi restoran dipindah ke Huachuang Life Plaza, Olympic Village, distrik Chaoyang, Beijing yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Lokasi itu juga dekat dengan kompleks stadion Olimpiade Beijing sehingga banyak turis yang dapat menjadi "market".
Banyak pengunjung restoran adalah pengunjung lama yang mengajak teman-teman dan keluarganya. Ada pengunjung yang tadinya pelajar, kemudian menikah dan punya anak tetap datang ke restoran itu meski sudah pindah lokasi. Anisah pun kerap meluangkan waktu untuk ngobrol dengan pengunjung.
Indonesia Fair
Baca Juga: Kuliner yang Manjakan Lidah: Mencicipi Kari dan Taiyaki Jepang dengan Gaya yang Kekinian
Upaya memperkenalkan cita rasa masakan Indonesia juga dilakukan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Beijing. Setiap tahun, KBRI Beijing menggelar "Indonesia Fair", sebuah even untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia, termasuk makanan.
"Kami menyadari bahwa gastrodiplomasi adalah salah satu cara untuk menarik perhatian sekaligus memperkenalkan kuliner Indonesia kepada masyarakat China khususnya di Beijing, jadi nanti di Indonesia Fair akan ada siomay khas Bandung, lalu ada juga pempek dari Palembang, kemudian makanan dari daerah lain," kata Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan budaya KBRI Beijing Dewi Avilia.
Gastrodiplomasi, menurut Dewi, juga wujud diplomasi "people to people" sehingga cara diplomasi lebih luwes dan cair.
Baca Juga: Festival Kuliner Nonhalal di Kota Solo Dihentikan, Ada Apa?
"Kalau mereka sudah kenal dengan makanan kita, maka untuk 'branding' masakan asal Indonesia juga akan lebih mudah di sini, harapannya masakan Indonesia juga bisa bersaing dengan makanan asal negara Asia Tenggara lain yang memang sudah dikenal lebih dulu di China," tambah Dewi.
Anisah termasuk salah satu WNI yang aktif mengikuti acara yang digelar untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia tersebut.
Di restoran milik Anisah, pelanggan yang datang adalah mereka yang sebelumnya sudah pernah mencicipi makanan Indonesia di Indonesia dan ingin merasakan rasa yang sama, atau setidaknya mereka pernah mencoba masakan Indonesia di tempat lain dan ingin mencobanya lagi.
Ia berharap makin banyak turis China yang datang ke Indonesia, mencoba makanan Indonesia dan ketika kembali ke China, mereka mencari makanan Indonesia. Karena masakan Thailand yang lumayan terkenal di China, juga karena banyak orang China yang berwisata ke Thailand dan menikmati makanan Thailand.***