Diskusi SATUPENA, Achmad Fachrodji: Balai Pustaka Kini Menjadi IP Licensing Company dan Bagian Industri Kreatif
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 02 Agustus 2024 11:18 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Balai Pustaka sekarang tidak lagi mencetak buku, tetapi diarahkan menjadi IP (intellectual property) licensing company dan bagian dari industri kreatif, sehingga masa depannya akan cerah. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Balai Pustaka, Achmad Fachrodji.
Achmad Fachrodji yang dikenal suka berpantun itu menjadi narasumber dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, Kamis malam, 1 Agustus 2024, yang bertema Pusaka Literasi Indonesia.
Diskusi yang menghadirkan Achmad Fachrodji itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.
Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru 2022, di PT Balai Pustaka (Persero) Butuh Sekretaris Direksi
Dalam diskusi itu, Fachrodji mengungkapkan, pada intinya IP licensing adalah pekerjaan di mana seluruh kekayaan intelektual (intellectual property) yang dimiliki Balai Pustaka didata ulang, lalu dipilih judul-judul yang kira-kira bakal laku untuk di-monetized.
“Karya-karya itu lalu dijadikan sinetron, film, game, dan lain-lain, maka masa depan Balai Pustaka justru semakin cerah. Karena kami diarahkan sebagai industri kreatif,” ujar Fachrodji.
“Jadi kira-kira kapan semua itu bisa terjadi? Rencana jangka panjangnya sudah dibuat, tinggal disahkan. Mulai pertengahan 2024 kita sudah beberapa kali bertemu dengan para kreator. Jadi saya masuk menjadi salah satu pengurus Persatuan Produser Film Indonesia,” lanjutnya.
“Ketuanya Deddy Mizwar. Saya Dewan Pengawasnya. Saya bersama Raam Punjabi dan Manoj Punjabi setiap saat ketemu. Mereka yang akan belanja IP Balai Pustaka. Berapa nilai setiap IP bergantung pada tingkat pengorbanan Balai Pustaka,” jelas Fachrodji.
Fachrodji menegaskan, sampai kapan pun Balai Pustaka tidak akan tutup. “Hal ini karena sebagai entitas bisnis, dari presiden, menteri, sampai semua unsur lembaga dan pemerintahan akan sangat malu. Lembaga yang pernah mencerdaskan bangsa kok sampai ditutup,” ucapnya.
Fachrodji memaparkan, jumlah intellectual property Balai Pustaka itu ribuan. Bahkan ketika aktor sinema datang –Lukman Sardi, Garin Nugroho, Hanung Bramantyo---setiap memegang buku Balai Pustaka, mereka selalu bilang ini bisa dibikin film lho.
“Yang mereka sebut itu bukan buku terkenal, seperti Sengsara Membawa Nikmat, atau Bawang Merah Bawang Putih. Tetapi seperti cerita rakyat yang berjudul Joko Linglung. Ini menarik sekali untuk dibikin film,” sambungnya.
“Jadi judul-judul yang tidak pernah mendapat pemahaman dari publik itu sekarang kita ungkapkan semua. Ada ratusan cerita rakyat, ada seri tentang kepahlawanan,” lanjutnya.
“Kemarin Marcella Zalianty dan kami membuat MoU untuk bikin film Malahayati, laksamana perempuan pertama di dunia yang berasal dari Aceh. Bukunya ada di Balai Pustaka,” kata Fachrodji. ***