DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Pengembangan Pesawat N219 Amphibi oleh PTDI untuk Ekonomi Wilayah Terpencil dan Kemandirian Pertahanan

image
Pesawat N219 Amphibi yang tengah dan terus dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia. ANTARA/HO PT Dirgantara Indonesia.

ORBITINDONESIA.COM - PT Dirgantara Indonesia atau PTDI kini terus melanjutkan pengembangan pesawat N219 menjadi versi amphibi, yang diperuntukkan sebagai penguat konektivitas dan perekonomian wilayah terpencil, hingga kemandirian pertahanan Indonesia.

Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PTDI Adi Prastowo dalam keterangannya di Bandung, Sabtu, 29 Juni 2024 menjelaskan, keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 60 persen wilayah adalah perairan, membuatnya membutuhkan inovasi lebih dalam bidang transportasi, khususnya untuk daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh transportasi darat.

"Di sisi lain, dengan wilayahnya yang lebih besar adalah perairan, juga memiliki potensi besar mengembangkan wisata perairan menggunakan pesawat amphibi, yang dalam implementasinya moda transportasi ini juga dipercaya mampu mengakomodasi kebutuhan konektivitas lokasi destinasi wisata, serta dapat menjadi angkutan logistik pendukung ekonomi kerakyatan di wilayah sekitar," katanya tentang pesawat N219 Amphibi buatan PTDI.

Baca Juga: KSAU Marsekal Mohammad Tonny Harjono Sebutkan TNI AU Segera Miliki Pesawat Nirawak Baru

Pesawat N219 yang dikembangkan menjadi varian amphibi ini, kata Adi, akan dilengkapi dengan komponen float atau pengapung dari bahan komposit sebagai pengganti roda untuk pendaratan di perairan terbuka. PTDI telah berkomitmen penuh dalam riset dan pengembangannya lewat penyertaan jam kerja, pemanfaatan fasilitas produksi, hingga tes laboraturium.

Pengembangan pesawat N219 menjadi versi amphibi juga merupakan salah satu upaya PTDI dalam menciptakan dampak pertumbuhan terhadap ekosistem industri dalam negeri, termasuk industri di daerah. Salah satunya dalam hal pengembangan produksi floater di dalam negeri berikut pengoperasiannya, serta kegiatan pemeliharaan pesawat.

Dalam pengembangannya, lanjut Adi, pesawat N219 versi basic akan ditingkatkan performanya, dari Maximum Take Off Weight (MTOW) dari sebelumnya 6.700 kg menjadi 7.030 kg, dan untuk payload dari sebelumnya 1.550 kg menjadi 1.900 kg, di mana penambahan floater dengan berat sekitar 600 kg, kemudian akan menyisakan kekuatan pesawat untuk mengangkut beban hingga 1.300 kg atau setara dengan beban 17 penumpang.

Baca Juga: TNI Angkatan Udara Pastikan Pesawat Tempur F-16 Program STAR-eMLU Siap Perkuat Wilayah Udara

Dalam pengembangan floater berbahan komposit, PTDI bekerja sama dengan AEROCET dan MOMENTUM, perusahaan pembuat pesawat amphibi dari Amerika, yang ditargetkan mendapatkan sertifikasi standar internasional dari The Federal Aviation Administration (FAA) di tahun 2026.

"Sehingga nantinya pesawat N219 Amphibi tersebut dapat dikomersialisasikan secara global. Untuk pesawat N219 Amphibi sendiri ditargetkan melakukan terbang perdana di tahun 2026 dan mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI di tahun 2027," katanya.

Pesawat N219 Amphibi dirancang untuk mencapai kemampuan kecepatan hingga 296 km/jam pada ketinggian operasional 10.000 kaki dan kemampuan jarak tempuh hingga 231 km, serta perhitungan take off pada jarak 1.400 m di perairan dan landing pada jarak 760 m.

Baca Juga: Dosen Fakultas Teknik UGM Gesang Nugroho Kembangkan Dua Pesawat Tanpa Awak Palapa S-1 dan S-2

"Berdasarkan spesifikasi kemampuan tersebut, pesawat N219 Amphibi sangat cocok melayani kebutuhan wilayah kepulauan yang hanya sekedar membutuhkan water-based port, terutama untuk mendukung operasi militer di wilayah terpencil dan perbatasan yang merupakan wilayah strategis untuk menjaga kedaulatan negara," katanya.

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait