Kemlu China: Perjanjian Kemitraan Strategis Rusia dan Korea Utara adalah Urusan Dua Negara Berdaulat
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 21 Juni 2024 04:45 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan, penandatangan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif antara Rusia dan Korea Utara adalah urusan dua negara berdaulat sehingga China tidak perlu mencampurinya.
"Kerja sama antara Rusia dan DPRK adalah urusan antara dua negara berdaulat, terkait dengan kerja sama bilateral keduanya. Saya tidak punya komentar mengenai hal itu," kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, China, Kamis, 20 Juni 2024.
Pada Rabu, 19 Juni 2024, dalam kunjungannya ke Pyongyang setelah 24 tahun, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menandatangani dokumen Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif.
Baca Juga: Sekjen NATO Jens Stoltenberg: China Perkeruh Perang di Eropa dengan Dukung Rusia Menyerang Ukraina
Perjanjian baru tersebut akan menjadi dasar kerja sama bilateral di masa depan sekaligus mencerminkan perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik dan hubungan bilateral antara Rusia dan Korut.
Lin Jian pun tidak melihat bahwa perjanjian tersebut akan memanaskan kondisi Semenanjung Korea.
"Posisi China mengenai masalah Semenanjung Korea konsisten dan jelas. Kami menjunjung perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan memajukan penyelesaian politik masalah Semenanjung Korea merupakan kepentingan bersama semua pihak," tambah Lin Jian.
Baca Juga: CNN: Tentara Ukraina Keluhkan Kemampuan Tank M1 Abrams AS di Medan Tempur Melawan Rusia
China, menurut Lin Jian, siap bekerja sama dengan pihak lain untuk memainkan peran konstruktif melalui jalur politik untuk mencapai tujuan tersebut
"Secara prinsip, China percaya bahwa dalam isu-isu yang berkaitan dengan Semenanjung Korea, menjatuhkan sanksi dan tekanan secara membabi buta tidak akan menyelesaikan masalah. Penyelesaian politik adalah satu-satunya jalan keluar yang bisa dilakukan," ungkap Lin Jian.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden Vladimir Putin pun kembali menghadiahkan kendaraan mewah limusin Rusia kepada Kim Jong Un. Putin membeli Kim mobil Aurus baru dan satu set alat minum teh.
Kedua barang tersebut termasuk di antara banyak hadiah yang dipertukarkan antara kedua pemimpin tersebut.