Irfan Idris: Sekolah Damai adalah Upaya BNPT Ciptakan Pendidikan yang Bersih dari Intoleransi dan Kekerasan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 20 Juni 2024 01:02 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT RI mengungkapkan, program Sekolah Damai merupakan salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan Indonesia bersih dari intoleransi, kekerasan, dan perundungan (bullying). Demikian dikatakan Direktur Pencegahan BNPT RI Irfan Idris.
Irfan Idris dalam kegiatan Sekolah Damai di SMK Negeri 3 Bandung, Jawa Barat, Rabu, 19 Juni 2024, mengatakan bahwa dunia pendidikan masih menghadapi tantangan dalam menghadapi tiga dosa besar dunia pendidikan, yakni intoleransi, kekerasan, dan perundungan.
"Untuk itu, butuh kerja bersama untuk menumbuhkan ketahanan peserta didik dalam menghadapi tantangan tersebut agar lingkungan pendidikan menjadi kondusif," kata Irfan Idris, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.
Menurut dia, memperkuat ketahanan peserta didik merupakan hal yang penting dalam memastikan bahwa mereka dapat berhasil dalam menghadapi beragam tekanan dan kejadian yang mungkin terjadi dalam proses belajar.
Oleh sebab itu, lanjut dia, Sekolah Damai yang digagas BNPT melalui Subdit Kontrapropaganda merupakan salah satu program yang mengoordinasikan institusi pendidikan untuk melawan radikalisme dan intoleransi di sekolah.
Irfan menjelaskan bahwa Sekolah Damai merupakan bagian dari tujuh program prioritas yang dicanangkan Kepala BNPT RI Komjen Pol. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, yang memiliki empat elemen untuk membentuk ketahanan dalam lingkungan pendidikan.
Baca Juga: BNPT Curigai Ada Dana Bantuan Korban Gempa Cianjur untuk Kegiatan Terorisme
Ia menyebutkan, keempat elemen itu, yakni kesadaran bersama, keterikatan sosial, daya tahan masyarakat, dan daya tahan nasional.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa peserta didik harus memahami berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan perundungan di lingkungan sekolah.
Selain itu, dia juga mengingatkan kepada guru agar selalu waspada terhadap perekrutan kelompok radikal di dunia maya lantaran kelompok teroris cenderung menyasar generasi muda melalui media sosial dalam aksi perekrutannya.
"Kelompok radikal teroris menggunakan dua cara untuk merekrut simpatisannya, yaitu soft approach dan hard approach," ucapnya.