DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Dokter RM Suryo Anggoro: Tes ANA Tak Perlu Diulang Jika Diagnosis Penyakit Lupus Sudah Tegak

image
Arsip Foto - Panitia memegang pin dalam acara peringatan Hari Lupus Sedunia. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)

ORBITINDONESIA.COM - Dokter spesialis penyakit dalam-konsultan reumatologi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RM Suryo Anggoro KW menyampaikan, tes antinuclear antibodies atau tes ANA untuk mengetahui adanya masalah pada sistem imun tubuh tidak perlu diulang, jika diagnosis lupus sudah tegak.

"Ketika diagnosis sudah tegak, tes ANA tidak perlu diulang lagi," kata Suryo Anggoro dalam seminar mengenai penyakit lupus yang diikuti via daring dari Jakarta, Senin, 13 Mei 2024.

Namun demikian, menurut Suryo Anggoro, dokter dapat meminta pasien menjalani tes anti-double-stranded DNA (anti-dsDNA) untuk mengetahui apakah penyakit sudah mencapai remisi pada individu yang telah didiagnosis mengalami lupus.

Baca Juga: Isyana Sarasvati Kabarkan Dirinya Terkena Penyakit Autoimun dan Lupus hingga Keluar Masuk Rumah Sakit

"Untuk memantau aktivitas penyakit, selain dari keluhan, selain dari pemeriksaan laboratorium sederhana, anti-dsDNA inilah yang digunakan. Dan kalau penyakitnya terkendali, bisa terlihat normal hasilnya," katanya.

Suryo menyampaikan, diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan kombinasi temuan gejala fisik spesifik, pemeriksaan laboratorium sederhana, seperti pemeriksaan untuk mengecek kadar hemoglobin dan trombosit dalam darah, serta pemeriksaan laboratorium spesifik seperti tes anti-dsDNA dan tes komplemen 3 dan 4 (C3 dan C4).

"Kalau misalnya manifestasi lupus yang tadinya ada menjadi tidak ada, keluhan tidak ada, terus lab-nya yang tadinya hemoglobin (hb) rendah sekarang normal, trombosit yang tadinya rendah menjadi normal, dsDNA-nya tinggi menjadi turun, atau komplemen tadinya rendah menjadi normal. Dengan sistem scoring, bisa kita tentukan lupusnya sudah remisi atau belum," ia menjelaskan.

Baca Juga: Dokter Faisal Parlindungan: Kurangi Konsumsi Kafein Seperti Kopi Ketika Cuaca Panas Karena Risiko Dehidrasi

Menurut informasi yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan, lupus adalah penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.

Penyakit yang disebut Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) ini dapat menyerang organ tubuh seperti persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.

Faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya lupus antara lain faktor genetik, seperti riwayat penyakit lupus dalam keluarga, serta faktor lingkungan seperti infeksi virus atau bakteri, paparan sinar matahari, obat-obatan tertentu, dan stres.

Baca Juga: Dokter Farid Kurniawan Jelaskan Hal-hal yang Mesti Disiapkan Penderita Diabetes Sebelum Berangkat Haji

Gejala lupus bisa bervariasi dari ringan hingga parah. Beberapa gejala umum yang sering terjadi antara lain ruam kulit berbentuk seperti sayap kupu-kupu di pipi dan batang hidung, kelelahan yang berlebihan dan sulit diatasi, serta nyeri dan pembengkakan pada sendi, terutama di tangan dan kaki. 

Lupus juga dapat mempengaruhi organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak, menyebabkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada organ yang terkena.

Terapi pengobatan lupus dilakukan untuk mengendalikan peradangan, meringankan gejala, dan mencegah kerusakan organ. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait