Menlu AS Antony Blinken Temui PM Netanyahu dan Tegaskan Penentangan atas Serangan Israel di Rafah, Gaza
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 02 Mei 2024 02:48 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada Rabu, 1 Mei 2024, menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat menentang operasi militer Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Antony Blinken mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada tahap terakhir tur kawasannya untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Menurut lembaga penyiaran publik Israel, KAN, Antony Blinken mengatakan kepada Netanyahu bahwa AS menentang operasi militer di wilayah yang menjadi rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina di ujung selatan Jalur Gaza tersebut.
Baca Juga: Menlu AS Antony Blinken Tunda Kunjungan ke China Karena Insiden Balon Mata Mata
Menlu AS itu juga menyerukan lebih banyak tindakan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah kantong yang terkepung itu, demikian KAN.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan bahwa Blinken "menegaskan kembali posisi jelas Amerika Serikat mengenai Rafah."
Pembicaraan antara kedua belah pihak membahas upaya berkelanjutan untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan terkait penyanderaan.
Baca Juga: Menlu AS Antony Blinken: Terlalu Banyak Warga Palestina yang Tewas dan Menderita
Mereka juga membahas pentingnya mempercepat dan mempertahankan peningkatan aliran bantuan ke wilayah tersebut, kata Miller dalam sebuah pernyataan.
Blinken berbicara dengan Netanyahu tentang "perlunya menghindari perluasan konflik lebih lanjut" ke wilayah tersebut, kata Miller.
Meski mendapat tentangan dari dunia internasional, Netanyahu mengatakan pada Selasa, 30 April 2024, bahwa tentara Israel akan menyerang Rafah dengan atau tanpa kesepakatan penyanderaan dengan Hamas.
Baca Juga: Sambut Ramadan, Menlu AS Anthony J. Blinken Tekankan Pentingnya Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
Rafah adalah wilayah terakhir yang tersisa di wilayah tersebut di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukan mereka untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.