Raden Rita Maimunah, Bendahara Satupena dan Penulis Inspiratif Sumatra Barat dengan Segudang Prestasi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 26 April 2024 23:54 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Raden Rita Maimunah, atau Tatak begitu sapaan akrabnya, adalah wanita berdarah Sunda kelahiran Cianjur, 2 Februari 1961. Rita yang dibesarkan di kota Padang, Sumatra Barat ini agaknya bisa menjadi perhatian publik.
Pasalnya, selain menjadi sosok seorang ibu, pensiunan PNS dengan jabatan terakhir sebagai Kasubag Tata Usaha di salah satu sekolah tersebut juga seorang penulis, seniman dan pencipta puisi.
Rita melahirkan berjibun karya puisi, syair, dan sajak di mana karya-karyanya telah diakui oleh penulis-penulis senior (khususnya) daerah Sumatra Barat. Raden Rita Maimunah sekarang aktif sebagai bendahara Satupena Sumatra Barat.
Baca Juga: Panitia IMLF ke-2 Tahun 2024 Audiensi dengan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Barat
Ibu dari 3 orang anak itu memiliki segudang karya tulis yang telah dibukukan. Bahkan karya-karyanya sudah mendapat hak paten dan hak edar dari lembaga yang berwenang. Tepatnya ada sekitar 139 buku Antologi dan 2 buku karya tunggal berjudul “Tak Ada Kata” dan “Senandung Luka” yang terbit pada 2018 lalu.
Sebagian besar kisah-kisah yang ia tuangkan dalam puisi berdasarkan pengalaman hidupnya. Mulai dari romantisme kehidupan, religi, isu kemanusiaan, ungkapan hati, hingga politik tak luput sesekali ia sorot dan ia tuliskan. Rita bahkan memulai tulisannya semenjak 1977 saat masih remaja, namun belum pernah ia publikasikan.
Rita sendiri mengaku, karya-karya tersebut terinspirasi secara alami saja, tidak dipaksakan. Di saat-saat tertentu ketika muncul ide, ia langsung menuliskannya ke sebuah lembaran kertas atau mengetiknya di komputer.
Baca Juga: Bank Indonesia Dukung Seminar Internasional IMLF-2 yang Diadakan Satupena Sumatra Barat
“Kadang sedang bermenung melihat atau mengingat sesuatu, secara tidak sengaja tiba-tiba muncul ide untuk menulis” pungkasnya.
“Semua datang secara alami saja tanpa dipaksakan, jadi betul-betul real dari apa yang saya alami dan lihat,” imbuhnya.
Ketika ditanya soal bakatnya, anak ketiga dari 8 bersaudara itu mengatakan, bakat menulis ia dapat secara otodidak. Namun seiring berjalannya waktu, Rita yang terus belajar dan belajar mengasah kemampuannya, serta selalu mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya, kini masuk dalam jajaran penulis Sumbar yang patut diperhitungkan.
Bukan tanpa sebab, pasalnya selain sering menjadi juri diberbagai kegiatan seni, Rita/ yang telah melanglang buana di dunia seni dan puisi itu telah masuk ke dalam buku “Deklarasi Penulis Indonesia tahun 2023,” yakni pada halaman 595. Sungguh prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Walaupun berdarah Sunda, Rita tumbuh dan besar di Kota Padang, Sumatra Barat, hingga ia menempuh pendidikan formalnya dimulai dari SD, SMP, SMEA hingga gelar Sarjana Ekonomi di STIE AKBP pun diraihnya di kota Padang.
Ayah Rita yang merupakan Seorang Perwira Menengah Polri berpangkat Mayor (kala itu penyebutan pangkat anggota Polri masih sama dengan TNI). Semenjak tahun 1970-an, saat Rita berumur 5 tahun, ayahnya sudah berdinas di Sumbar.
Yakni, mulai dari menjabat sebagai Komandan Kompi Brimob Padang Panjang, WaKapolres Padang Pariaman sampai jabatan terakhir menjelang purna-tugasnya, yaitu sebagai Kepala Detasemen Markas Sumbar-Riau (Kadema Sumbar-Riau).
Sehingga ayah Rita tidak pernah berdinas keluar dari wilayah Sumbar, bahkan hingga wafatpun ia dimakamkan di pemakaman Batuloyo, Kota Padang. Oleh karenanya, otomatis Rita pun mengikuti domisili orang tuanya.
Walaupun sudah berumur 63 tahun, Rita tetap aktif diberbagai kegiatan seni, Wanita yang pernah tergabung dalam sanggar teater Taman Budaya Padang pimpinan (alm) Wisran Hadi tersebut kini juga tergabung dalam grup “Satu Pena” – HWK dan Sumbar Talenta yang diketuai oleh Sastri Bakry.
Sungguh semangat luar biasa yang patut diacungi jempol di usia yang terhitung tidak muda lagi.
Semenjak kehilangan suami tercinta 2 tahun silam karena sakitnya, wanita paruh baya yang memiliki 3 anak dan 4 cucu tersebut kini hanya menikmati hari-harinya di rumah, bercanda dan bergurau dengan cucu-cucunya sambil meneruskan hobinya dalam menulis dan menciptakan puisi.
Teruslah berkarya, Raden Rita Maimunah. Karyamu akan selalu bersinar dan menjadi warisan seni buat anak cucumu nanti.
(Oleh: Sam Rendy) ***